Senin, 01 Desember 2008

Tragedi Bumbai Dikecam, Bagaimana Pembantaian 2.000 Muslim Gujarat ?


Telepon berdering dari Hotel Oberoi Triden yang diduga berasal dari pelaku penyerangan Bumbai. Sang penelepon menyampaikan kepada sebuah channel berita di India pertanyaan: “Kita cinta negara ini sebagai negara kami sendiri, akan tetapi ketika ibu-ibu dan saudara-saudara kami dibunuh, dimana setiap orang?”
Krisis Bumbai berakhir. Pihak keamanan India mengumumkan krisis yang dimulai pada Rabu 26 November malam itu, menelan korban korban tewas tercatat 195 orang dan 295 orang lainnya terluka. Tercatat 26 warga asing tewas, 8 diantaranya warga Israel. Serangan terhadap kota kelahiran perfilman India yang dikenal dengan Bollywood memang menarik perhatian masyarakat dunia. Seruan memerangi terorisme pun kembali digaungkan oleh Amerika Serikat. Pemimpin negara lain yang menjadi konco-konconya pun mengamini.
Meskipun telah berakhir, misteri siapa sebenarnya pelaku serangan ini belum terungkap. Awalnya kelompok yang sebelumnya tidak dikenal Deccan Mujahidin dituding sebagai pelaku. Tuduhan kemudian berkembang kepada kelompok mujahidin Khasmir, Pejabat lembaga Antiteroris AS menuding militan Kashmir yang dikenal sebagai Lashkar-e-Taiba sebagai dalang aksi berdarah tersebut. “Beberapa hal telah dipelajari dan menunjukan adanya kaitan dengan jaringan Kashmir, kata pejabat yang enggan disebutkan namanya tersebut, seperti dikutip AFP, Sabtu (29/11/2008).
Pihak militer India menyatakan kelompok militan yang menyerang beberapa tempat di Mumbai berasal dari Pakistan. “Mereka berasal dari seberang perbatasan, mungkin dari Faridkot, Pakisktan. Mereka berpura-pura berasal dari Hyderabad, “ kata Mayor Jenderal R. K. Hooda yang memimpin operasi militer. Perdana Menteri India Manmohan Singh sebelumnya telah mengatakan para militan itu berasal dari luar negeri yakni Pakistan.
Hingga saat ini belum ada laporan final yang memastikan siapa pelaku serangan Bumbay. Banyak pihak yang menyatakan terlampau dini untuk mengatakan siapa pelakuk sesungguhnhya. Guru Besar Studi Islam pada universitas Islam New Delhi, Zubeir Ahmed Farouqi, mengatakan, masih terlalu dini menentukan kelompok pelaku dibalik serangan bom Mumbai, apalagi kelompok “Deccan Mujahidin” yang menyatakan bertanggung jawab tidak dikenal sebelumnya di India dan aparat keamanan India masih belum melakukan investigasi, karena masih disibukan dengan upaya membebaskan sandera.
Pemred media India, Milli Gazette, Dhaffar Islam Khan, dalam wawancara khusus dengan Aljazeera pada 28/11, mengatakan masih terlalu dini menentukan siapa kelompok pelaku dibalik aksi peledakan bom Mumbai. Menurut Dhaffar Islam Khan, aksi bom dan serangan Mumbai sangat besar sehingga diragukan kemungkinan keterlibatan kelompok muslim India atau ormas islam tertentu sebagai kelompok pelaku, apalagi sampai saat ini belum pernah ada kelompok islam di india yang telah divonis oleh peradilan bersalah karena terlibat kegiatan terror.
Farrukh Saleem dalam analisisnya mengingatkan bahwa di India banyak sekali kelompok-kelompok yang sering dituduh militan. Dalam lima dekade terakhir di India tumbuh tiga jenis kelompok militan: ekstrimis sayap kiri, seperatis dan agama. Ekstrimis sayap kiri yang telah melakukan beberapa tindakan teror antara lain People’s Guerrilla Army, People’s War Group, Moist Communist Centre, Communist Party of India-Maoist dan Communist Party of India Janashakti. Sementara di wilayah Assam terdapat lebih kurang 35 kelompok seperatis. (http://thenews.jang.com.pk/)
Menurutnya, tahun 2006 saja terdapat sekitar 2.765 orang yang terbunuh akibat kekerasan yang berhubungan dengan tindakan terror. Dari jumlah itu 41 persen kehilangan nyawanya di Jammu dan Khasmir, 27 persen akibat kelompok sayap kiri, 23 persen akibat kekacauan/pemberontakan dan 10 persen dari kelompok militan yang berbasis agama. Karena itu, siapa yang menjadi pelaku , banyak kemungkinan.
Yang jelas siapapun pelakunya, seringkali tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata muncul sebagai reaksi dari kekerasan dan ketidakadilan yang dilakukan negara. Aryn Baker dalam Time (Kamis , 27 November 2008) mengingatkan hal ini. Menurutnya, krisis Bumbai tidak bisa dipisahkan dari ketidakadilan yang dirasakan muslim minoritas India termasuk masalah Khasmir. Muslim India yang jumlah 13,4 persen dari jumlah India seringkali harus diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah India yang mayoritas beragama Hindu (80 persen).
Sebagian besar muslim India hidup tidak sejahtera, mendapat pelayanan kesehatan yang buruk, tingkat buta huruf yang tinggi, dan umumnya dibayar dengan gaji yang rendah. Kondisi ini, menurutnya, diperparah dengan kerusuhan di Gujarat tahun 2002 yang menewaskan lebih kurang 2.000 orang yang sebagian besarnya adalah muslim.
Yang perlu dicermati, krisis Bumbai digunakan untuk kepentingan negara-negara besar dalam agenda perang melawan terorisme. Apalagi Obama presiden terpilih AS secara terbuka mengatakan bahwa wilayah Pakistan, Afghanistan (yang berdekatan dengan India) akan menjadi wilayah garis terdepan bagi AS untuk memerangi terorisme. Krisis Bumbai sangat mungkin dijadikan oleh negara Super Power itu untuk mengokohkan kepemimpinannya di wilayah itu atas nama perang melawan terorisme.
Bisa jadi, bukan sebuah kebetulan kalau Obama menunjuk Sonal Shah sebagai salah seorang penasehatnya. Shah dikenal sebagai kordinator Vishwa Hari Parishad (VHP) Amerika. Berdasarkan the Daily Times Pakistan, VHP dan sayap pelajarnya Bajrang Dal dipercaya telah terlibat dalam pembantaian lebih 2000 Muslim di Gujarat.
Peristiwa ini juga sepertinya akan benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah boneka AS di Pakistan dan Afghanistan untuk memperkuat posisi mereka. Peristiwa Bumbai memperkuat legitimasi memerangi pejuang Islam atas nama war on terrorism. Padahal pejuang Islam itu sebenarnya rakyat mereka sendiri yang berjuang melawan penjajahan AS di kawasan itu. Pejuang Islam Khasmir yang ingin membebaskan diri dari penjajahan India pun akan semakin disudutkan dengan julukan teroris. Ke depan pemerintah India, Pakistan, dan Afghanistan akan mengokohkan strategi AS untuk membendung kelompok perlawanan Islam yang dituduh teroris.
‘Ala kulli hal , Kita tentu mengecam setiap pembunuhan terhadap rakyat sipil yang tidak berdosa. Hanya saja adalah tidak tepat dan tidak adil kalau menyatakan gerakan perlawanan terhadap penjajahan sebagai tindakan terorisme. Adalah tidak adil mencap Hamas, pejuang mujahidin Irak, pejuang Afghanistan, termasuk pejuang Khasmir sebagai teroris. Padahal yang mereka lakukan adalah membebaskan tanah air mereka dari penjajahan asing. Sama halnya saat para pahlawan kita saat berjuang mengusir Belanda, meskipun harus berperang dan membunuh, mereka tidak bisa disebut teroris. Mereka adalah pahlawan yang tidak sudi tanah airnya dijajah oleh musuh.
Disamping itu, mengecam krisis Bumbai tapi cendrung diam terhadap pembantaian 2.000 umat Islam di Gujarat, tentu saja adalah kejahatan kemanusiaan. Termasuk diam menyaksikan pesawat-pesawat tempur AS membunuh ribuan orang rakyat sipil tidak bersalah di Afghanistan dan Pakistan. Atau diam terhadap terbunuhnya hampir 1 juta rakyat sipil di Irak akibat pendudukan AS, diam terhadap pembantaian sistematis yang dilakukan Israel di Palestina. Diam saat korbannya umat Islam adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa.

Derita Muslim Minoritas India
Telepon berdiri dari Hotel Oberoi Triden yang diduga berasal dari pelaku penyerangan Bumbai. Sang penelepon menyampaikan kepada sebuah channel berita di India pertanyaan: “Kita cinta negara ini sebagai negara kami sendiri, akan tetapi ketika ibu-ibu dan saudara-saudara kami dibunuh, dimana setiap orang?”

* Penghancuran Masjid Babri di Ayodhya oleh militah Hindu pada 1992. Penghancuran ini telah memicu tewasnya ribuan kaum Muslim yang dengan gagah berani berusaha mempertahankan masjid Allah tersebut.
* Februari 2002, gerombolan orang-orang Hindu membunuh sedikitnya 2000 Muslim di seluruh Gujarat. Mayat yang hangus terbakar dan beberapa orang Muslim yang selamat dengan terluka, membuktikan bahwa orang Muslim dibakar hidup-hidup secara sistematis oleh orang Hindu. Diduga pemerintah India terlibat dalam pembantai umat Islam ini
* Organisasi pemantau hak asasi manusia Human Right Watch (HRW) menyatakan, sekitar 100 warga Muslim ditangkap oleh polisi India pasca peristiwa ledakan bom di kota Hyderabad yang terjadi pada bulan Mei dan bulan Agustus 2007. Para tahanan Muslim itu disuruh telanjang, dipukuli, digantung dengan posisi kepala di bawah, disetrum dan diancam dengan cara menyiksa kerabat perempuan para tahanan.
* Komite Solidaritas Muslim Khasmir menginformasi dari berbagai sumber daftar kejahatan India sejak Januari 1990 hingga Desember 1998. Sebanyak 63.275 orang syahid dibunuh antara lain dengan dituangi timah panas; 775 politisi ulama dan Imam Masjid dibinasakan; 81.161 dijebloskan ke penjaran tanpa pengadilan
* Menghentikan pengkajian Al Qur’an dan bahasa Arab di sekolah negeri dan digantikan dengan bahasa India.

Tidak ada komentar:

.:: Abi, Umik, Akbar, Mas Aziz & Mas Rizki ::.

.:: Abi, Umik, Akbar, Mas Aziz & Mas Rizki ::.