Jumat, 19 Desember 2008
Parpol Islam Harus Punya Program Jelas
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) meminta partai politik (parpol) yang berbasis massa Islam, berasas Islam, atau memiliki keterkaitan sejarah dengan Islam, harus memiliki program kerja yang jelas. Para parpol itu diharapkan tak hanya memfokuskan diri merebut kekuasaan belaka.
”Partai politik (parpol) Islam harusnya punya program kerja yang jelas. Tidak sekadar mereka bertarung kekuasaan yang setelah didapat mereka kemudian tak tahu mau dibawa ke mana,” kata Juru Bicara HTI, Muhammad Ismail Yusanto, dalam Refleksi Akhir Tahun 2008 HTI: Selamatkan Indonesia dengan Syariah, di Jakarta, Kamis (18/12).
Dalam refleksi itu, HTI menyinggung banyak hal. Mulai dari krisis keuangan internasional yang bermula di AS, kejenuhan demokrasi di Indonesia, dukungan penerapan syariah yang kian kuat, berkecamuknya masalah pengangguran dan kemiskinan, hingga pada masih adanya Ahmadiyah dan ketakutan akan gerakan Islam.
”Ada dua faktor utama di belakang seluruh persoalan tahun ini, yaitu sistem dan manusia sebagai pemimpin,” kata Ismail.
Pemimpin yang tidak amanah dan sistem yang buruk, yaitu kapitalisme dan sekularisme ditambah lemahnya moralitas individu, menjadi pangkal munculnya masalah bangsa. Tahun depan, menurut HTI, Indonesia harus bisa memilih sistem yang baik dan pemimpin yang amanah.
Dalam refleksi itu, berkembang gagasan bahwa pemimpin Islam yang bisa membawa perubahan adalah pemimpin yang takwa, kuat, dan mau mengurus rakyatnya.
Dari berbagai survei sosial yang dilakukan sejumlah pihak dalam dan luar negeri, HTI menyimpulkan, kerinduan menerapkan syariah sebagai dasar kehidupan bernegara makin kuat. Mereka mengutip survei UIN Syarif Hidayatullah (2001-2003), survei Gerakan Mahasiswa Nasionalis (2006), dan Roy Morgan Research (2008), yang menunjukkan kerinduan masyarakat akan syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
”Ada keputusasaan dengan situasi saat ini di tengah masyarakat. Dan, mereka menilai sistem Islam-syariah sebagai jalan keluarnya,” kata Ismail menambahkan.
Sistem syariah yang ditawarkan HTI membuat setiap aktivitas kehidupan memiliki nilai ketuhanan. Dengan demikian, tiap individu akan bekerja ikhlas dan tidak terkontaminasi oleh kepentingan pribadi atau golongan maupun asing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar