Khilafah akan menjadi ancaman bagi kepentingan Amerika Serikat dan AS akan berupaya untuk menghilangkan apa yang menjadi ancaman bagi kepentingannya, demikian dikatakan Erick Syahrir, Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia Jabar yang pernah bermukim di AS selama sembilan tahun. Beliau menyampaikan hal tersebut dalam acara Focus Group Discussion Tokoh yang diadakan oleh DPD I HTI Jabar, di Bandung, Jumat (21/11).
Focus Group Discussion (FGD) terbatas dengan para tokoh Jabar ini untuk kedua kalinya diadakan oleh DPD I HTI Jabar. Diskusi yang bertempat di kediaman Prof. Dr. H. Achmad Sanusi tersebut membahas tentang “Obama dan Kebijakan Luar Negeri AS”. Hadir sebagai narasumber diantaranya wartawan senior, H. Usep Romli HM dan H. Erick Syahrir aktivis Hizbut Tahrir Indonesia Jabar.
Menganalisa Kebijakan Politik Luar Negeri AS
Untuk menganalisa kebijakan Luar Negeri Obama, Erick Syahrir terlebih dahulu mengungkapkan, apa yang menjadi kepentingan nasional AS. Mengingat, kebijakan nasional AS sudah ditetapkan sejak lama dan sulit untuk bisa diubah oleh hanya seorang presiden.
Menurut Erick, salah satu kepentingan nasional AS yang akan dibela mati-matian adalah minyak dan gas bumi, karena sejak lama AS sangat bergantung kepada minyak dan gas asing. AS adalah pengomsumsi minyak dan gas terbesar di dunia, yakni sekitar 23,9% (minyak) dan 22,6% (gas), bahkan antara konsumsi dan produksi, AS defisit sekitar 66,67% (minyak) dan 16,17% (gas).
Kepentingan nasional AS berikutnya adalah Israel, karena negera tersebut merupakan pangkalan militer AS yang paling strategis di Timur Tengah. Hal tersebut disebabkan karena Timur Tengah sangat vital bagi AS, karena Timur Tengah merupakan 30,8% produsen minyak dunia dan 12,1% produsen gas dunia. Selain itu Timur Tengah juga memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, yakni sekitar 61% dan memiliki 41,3% cadangan gas dunia. Menurut Erick, itulah alasannya, kenapa seluruh capres AS harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dan dukungan dari Israel, termasuk Obama.
Rising Power “Khilafah” Ancaman Bagi Amerika
Lebih lanjut Erick menjelaskan, apa yang menjadi ancaman kepentingan AS, yakni 1) Negara yang tidak bersahabat, yakni Syiria dan Iran, 2) Teroris, yakni Hamas, Hizbullah dan Al-Qaida dan 3) “rising power that could challenge both America and the international foundation of liberal democracy”.
Menurut Erick, yang dimaksud ‘rising power’ itu adalah Khilafah. Untuk itu, menjadi lebih jelas bahwa AS akan melakukan apapun untuk menghilangkan ancaman terhadap kepentingan AS, termasuk kemungkinan munculnya ‘rising power’, Khilafah Islamiyah. Jadi, apa bedanya Obama dengan Bush?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar