Jumat, 28 November 2008

Derita Muslim Minoritas di India


Lebih kurang 2000 muslim dibunuh, diperkosa dan dibakar hidup-hidup dalam kerusuhan di Gujarat India Februari 2002 .Dimana dunia saat itu ?
Masjid Babri di Ayodhya dihancurkan oleh militan Hindu pada 1992 , dimana dunia saat itu? (jeritan muslim India)

Pasang-Surut Muslim India
Sejarah Muslim India memang mengalami pasang-surut. Masuknya Islam di Benua India India terjadi pada masa pemerintahan Kholifah Umayyah, yang mengirimkan tentara Islam di bawah pimpinan Muhammad bin Qasim al Tasqafiy pada 93 H atau 712 M. Namun sebenarnya, sebelum mengirimkan tentaranya ke India, hubungan antara India dan Negara Islam, sudah terjalin dakwah Islam ke India sejak masa Rasulullah.
Dalam buku Islam in India, Prof. Husayin Nairar menceritakan bahwa Maharaja Malabar bernama Kheraman Perumal yang memerintah daerah India Selatan, dari Kanjorakot sampai Tanjung Comorin, telah berangkat ke Arabia dan mendapat kehormatan menemui Rosulullah Saw. Sewaktu pulang kembali ke India, dia membawa tiga orang sahabat nabi sebagai utusan dakwah ke India (muballigh). Yaitu, Syarif bin Malik, Malik bin Dinar, dan Malik bin Habib. Di tangan mereka inilah berkembang dakwah Islam di India Selatan. Sayang sekali, Maharaja itu telah berpulang ke rahmatullah di tengah perjalan yaitu di Zafar.
Berikutnya, langkah perang (jihad) terpaksa dilakukan mengingat begitu kerasnya , raja-raja Hindu menghalangi dakwah Islam di India. Kefanatikan mereka terhadap kemusyrikan sungguh luar biasa. Setelah futuhat, kekuasaan Islam di sana sangat terorganisasi hingga berhasil mendirikan kesultanan di New Delhi. Namun, kesultanan itu diambil-alih Dinasti Moghul pada abad ke-16. Kekuasaan dinasti keturunan Timur Lenk ini berakhir di tangan Inggris pada 1757. Lebih dari seabad, wilayah tersebut dikuasai Inggris. Tuntutan untuk memisahkan diri dari India yang dimotori Muhammad Ali Jinnah mengkristal pada 1940 dengan dibentuknya Liga Islam. Baru pada 1947 Pakistan—yang semula bagian dari India—diakui menjadi negara tersendiri sebagai dominion dalam Persemakmuran Inggris.
Meskipun Islam belum menjadi agama mayoritas di Benua India, Islam pernah memerintah di sana. Selama era Islam di India, kondisi umat Islam dan kelompok-kelompok non-Muslim jauh lebih baik. Memang, tidak semua penguasa pada era Islam di India memerintah dengan baik. Di antara mereka, ada juga yang menyimpang dari syariah Islam dan bertindak lalim terhadap rakyatnya. Bagaimanapun, pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang dijalankan oleh manusia, yang bisa saja keliru. Di situlah letak peran rakyat , terutama ulama dan partai politik, untuk melakukan koreksi terhadap penguasa-penguasa yang menyimpang.
Namun demikian, yang jelas, berdasarkan sejarah, tidak bisa dipungkiri, bahwa selama era Islam masyarakat India mengalami peningkatan peradaban yang luar bisa. Pengaruh Islam terhadap Benua India (termasuk India sendiri) sangat besar.
Kehadiran Islam berpengaruh terhadap seluruh tatanan kehidupan orang-orang Hindu yang musyrik dan jahiliah. Pada era Islam, terdapat kebangkitan berbagai aspek kehidupan, ekonomi, pendidikan, politik, dan lainnya. Kehadiran Islam di India juga telah mendorong meningkatnya perdagangan yang tadinya lokal menjadi lebih global. Lewat pedagang-pedagang Muslim, perdagangan India menyebar ke Timur Tengah, Mongolia, dan Indonesia di Asia Tenggara. Seiring dengan berkembangnya perdagangan internasional, penyebaran dan peningkatan sains dan teknologi juga meningkat. Penemuan kincir angin ,yang pada masa itu termasuk teknologi canggih, terjadi pada era Islam. Penggunaan ubin keramik dalam berbagai kontruksi bangunan di India di pengaruhi oleh arsitektur di Irak, Iran, dan Asia Tengah. Barang pecah-belah (yang terbuat dari tanah) banyak diadopsi dari Cina yang dibawa oleh penguasa Mughal. Pada masa pemerintahannya, Sultan Abidin (1420-1470) mengirim pekerja-pekerja yang ahli ke Samarqand untuk mempelajari penjilidan dan penggunaan kertas.
Pada era Islam jugalah berkembang kota-kota industri yang terkenal hingga saat ini. Khurja dan Siwan terkenal dengan industri tembikarnya, Morabadad dengan benda-benda yang terbuat dari kuningan, Mirzapur dengan karpetnya, Firozabad dengan benda-benda gelas, Farrukhabad dengan industri percetakannya, Sahranpru dengan ukiran kayunya, Srinagar dengan ‘papier mache’ (hasil industri yang terbuat dari bubur kertas), dan lain-lain.
Dari segi bahasa, pengaruh bahasa Arab (sebagai bahasa Islam) memunculkan bahasa Urdu. Bahasa ini mempunyai nahu Prakrit dengan perbendaharaan kata Parsi, Arab, dan Turki. Ia ditulis dengan skrip Arab tetapi diubah untuk mewakili bunyi bukan Arab. Contoh-contoh perbendaharaan kata Urdu: wajib, munsyi, dll.
Pengaruh Islam juga tampak dari teknologi bangunan yang mengalami perkembangan yang pesat pada zaman Mughul. Ini tampak, misalnya, pada Gedung Kabuli Bagh di Panipat, Masjid Jami’ di Sambal dan sebuah masjid di Agra. Shah Jahan merupakan ahli bangunan yang terkenal. Salah satu karyanya adalah bangunan Taj Mahal yang banyak dipengaruhi konsep dan gaya Islam
Namun demikian, masa kegemilangan tersebut berubah menjadi penderitaan saat era Islam berakhir dan penjajah Barat masuk ke India. Diawali dengan masuknya The British East Company (1600- 1858), Inggris mulai melakukan penjajahan di India. Inggris kemudian membentuk pemerintahan kolonialnya di India (1858-1947). Seruan jihad pun dilakukan oleh kaum Muslim di India untuk mengusir Inggris.
Penderitaan pun terus berlanjut pasca kemerdekaan India (1947) . Pemerintahan nasional India, yang didominasi oleh Hindu, melakukan berbagai bentuk diskriminasi terhadap umat Islam. Hal ini membuat beberapa elit politik Muslim kemudian memisahkan diri dari India dan membentuk Pakistan. Sayang, pemisahan ini ternyata tidak menyelesaikan berbagai penderitaan umat Islam di sana. Pakistan ternyata menjadi pemerintahan sekular dan didominasi oleh militer yang banyak menyengsarakan rakyatnya.

Pembantaian Massal oleh Hindu Militan
Sulit dipungkiri, ada upaya dari negara Hindu itu untuk menutupi pembantaian massal mereka terhadap umat Islam di Gujarat. Seperti yang banyak dilaporkan, sejak terjadinya kerusuhan di Gujarat Februari 2002, ribuan kaum Muslim terbunuh, diperkosa, dan dibakar hidup-hidup. Hingga saat ini, banyak di antara mereka yang masih tinggal di kamp-kamp pengungsi dengan kondisi sangat menyedihkan. sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, sekaligus bertentangan dengan ajaran Gandi tentang ajaran ahimsa; perjuanganan tanpa kekerasan. Ironisnya, Gujarat merupakan tempat Mahatma Gandhi lahir.
Disamping, pembantaian di Khasmir yang kunjung berhenti hingga saat ini, salah satu peristiwa yang sangat menyakitkan umat Islam adalah penghancuran Masjid Babri di Ayodhya oleh militah Hindu pada 1992. Penghancuran Masjid Babri ini telah memicu tewasnya ribuan kaum Muslim yang dengan gagah berani berusaha mempertahankan masjid Allah tersebut. Penghancuran masjid ini dimotori oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Athal Bihari Fajpaye saat itu berkuasa di India. Tidak berhenti sampai di sana, hingga saat ini, ekstremis Hindu tetap ‘ngotot’ untuk membangun kuil di atas reruntuhan Masjid Babri tersebut. Para Hindu ekstremis tetap ingin membangun kuil meskipun pemerintah India telah melarang. Ada kesan, pemerintah India hanya berpura-pura melarang, karena mereka tidak melakukan tindakan yang tegas kepada kelompok Hindu. Dengan kesombongannya, Asywak Sinagal, kepala kelompok Fisywa Hindu, menyatakan di hadapan pers bahwa kelompoknya akan tetap bertekad melanjutkan rencana mendirikan kuil di Ayodhya.
Memang sangat mengherankan, bagaimana dunia diam terhadap pembantaian kaum Muslim di Gujarat baru-baru ini. Amerika Serikat,yang sering berkoar-koar tentang HAM, juga tidak banyak berbuat. Padahal, dari bulan 28 Februari, gerombolan orang-orang Hindu membunuh sedikitnya 2000 Muslim di seluruh Gujarat.
Mayat yang hangus terbakar dan beberapa orang Muslim yang selamat dengan terluka, membuktikan bahwa orang Muslim dibakar hidup-hidup secara sistematis oleh orang Hindu. Berdasarkan laporan dari banyak saksi mata yang bisa dipertanggungjawabkan, wanita Muslim dan anak-anak perempuan diperkosa beramai-ramai dan kemudian dibakar hidup-hidup atau dipotong bagian-bagian tubuhnya untuk menyembunyikan bukti. Bahkan, para wanita Muslim yang sedang mengandung dibelah perutnya saat dia masih hidup. Dia kemudian menjadi saksi kematian bayi yang dikandungnya, sebelum dia sendiri meninggal dunia. Orang-orang Hindu dipersenjatai dengan senjata yang mematikan. Orang-orang Hindu juga diberikan data ‘intelijen’ yang rinci seperti daftar nama pemilih dan data harta milik orang-orang Islam. Dengan itu, mereka bisa menghancurkan harta kekayaan milik orang Muslim secara selektif tanpa menyentuh milik orang Hindu.

Keterlibatan Pemerintah
Smita Narula, seorang peneliti senior untuk Human Rights Watch, berkata pada 30 April, “Apa yang terjadi di Gujarat bukanlah muncul secara spontan, tetapi telah dirancang demikian teliti untuk menghancurkan kaum Muslim. Serangan ini direncanakan terlebih dulu dan digerakkan dengan keterlibatan yang luas dari polisi dan pejabat pemerintah.”
Sebenarnya, pembunuhan besar-besaran dirancang secara sengaja oleh pemerintahan Vajpayee. Beberapa bukti menunjukkan hal ini. Seperti yang dikutip oleh Eramuslim.com (13/3/2002) koran harian Kolkata, The Telegraph, menerbitkan suatu laporan detil tanggal 10 Maret yang ditulis Sujan Dutta, korespondennya di Ahmedabad. “Kerusuhan berdarah di Gujarat sebagai bagian dari gelombang pembunuhan terhadap penumpang kereta api di Godhra tanggal 27 Februari, tidak hanya secara diam-diam didukung oleh pemerintah pusat, tetapi juga oleh menteri kepala Narendra Modi. Modi memberi VHP jaminan waktu 24 jam untuk merancang makar pembantaian itu,” ujar Dutta.
Beberapa bukti keterlibatan Pemerintah India, antara lain: Pertama, berkenanan dengan Insiden Ghodra yang menjadi pemicu kerusuhan ini, meskipun di stasion kereta api Godhra terdapat pos polisi, dengan polisi bersenjata dan memiliki fasilitas komunikasi yang bagus untuk diminta pertolongannya, tidak ada yang berupaya untuk mencegah kejadian ini (serangan terhadap Kereta Api Sabarmati Express). Pada 27 Februari 2002, orang Hindu sedang kembali dari Ayodha dengan menggunakan kereta api. Sebelumnya, mereka ikut dalam sebuah reli anti-Muslim yang berhubungan dengan Masjid Babri. Saat mereka pulang, mereka mencela orang-orang Islam dan menolak membayar kepada pedagang Muslim. Bahkan, seorang Hindu menyeret seorang Muslimah ke kereta api. Namun, polisi tidak melakukan tindakan sama sekali.
Kedua, kementerian negara Hindu mengambil langkah segera dan sengaja untuk menjadikan isu tersebut menjadi perang terhadap orang-orang Islam. Pada tanggal 27 Pebruari, sehari setelah peristiwa Ghodhra, menteri kesehatan negara pergi sendiri ke kantor polisi di Ahmedabad dan memerintahkan polisi untuk tidak menyelamatkan orang-orang Islam.
Lebih jauh lagi, para saksi mata melaporkan, menteri-menteri negara ikut langsung memimpin massa Hindu untuk menyerang orang-orang Islam.
Sementera itu, Kepala Kementerian Negara Narenda Modi mengeluarkan pernyataan yang menghasut dan membenarkan pembantaian tersebut. Pada 1 Maret 2002, dia berkata, “Setiap tindakan mempunyai keseimbangan aksi dan reaksi.”
Ketiga, polisi negara Gujarat juga ikut terlibat aktif dalam penyerangan terhadap kaum Muslim. Saksi mata yang selamat dan meminta pertolongan polisi mendapat jawaban, “Kami tidak diperintah untuk menyelamatkan kamu!”
Para saksi mata juga melaporkan, polisi hanya berhenti dan menyaksikan pembununuhan tersebut, bahkan ikut terlibat dalam gerombolan massa Hindu yang mengamuk. Pada 28 Februari di Ahmedabad polisi ikut membunuh kaum Muslim, meskipun saat itu minoritas Muslim menjadi sasaran serangan gerombolan Hindu yang bersenjata. Komisaris Polisi Ahmedabad secara terbuka menyatakan permohonon maaf anggotanya yang ikut terlibat, “Polisi juga dipengaruhi oleh sentimen massal pada waktu itu.”
Keempat, pemerintah pusat juga secara penuh berada di belakang pemerintah negara bagian yang melakukan pembantai terhadap kaum Muslim. Pada saat itu, BPJ sedang menghadapi kekalahan dalam beberapa pemilu di negara bagian Uttar Pradesh, Uttrancahal, Punjab, dan Manipur. BJP telah menggunakan isu Masjid Babri untuk memunculkan sentimen rasial orang-orang Hindu. Apa yang terjadi di Gujarat merupakan perluasan dari strategi ini. Jadi, untuk memenangkan pemilu, BPJ telah membunuh kaum Muslim. Vajpayee sendiri memberikan komentar sinis kepada kaum Muslim seperti dalam ulasannya di Panaji Goa 12 April, “Di manapun terdapat orang Islam, mereka tidak ingin hidup bersama dengan orang lain (atau yang berbeda kepercayaan). Dari pada hidup damai, mereka ingin berkhutbah dan menyebarkan agama mereka dengan menciptakan teror pada pemikiran lain.”
Inilah yang secara konsisten dilakukan oleh negara Hindu terhadap kaum muslimin di India lebih dari 50 tahun. Untuk itu, negara Hindu ini bersekutu dengan musuh kaum Muslim yang lain seperti Israel (Yahudi) dan Amerika Serikat. Mahabenar Allah dalam firman-Nya:
Sesungguhnya kamu pasti akan mendapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. (QS al-Maidah [5] : 82).

Tidak ada komentar:

.:: Abi, Umik, Akbar, Mas Aziz & Mas Rizki ::.

.:: Abi, Umik, Akbar, Mas Aziz & Mas Rizki ::.