Kontroversi di seputar usulan fatwa haramnya golput dalam Pemilu—yang pernah dilontarkan oleh Ketua MPR Hidayat Nurwahid beberapa waktu lalu—tampaknya direspon Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam Ijtimaa Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III yang diselenggarakan 23-26 Januari 2009 lalu di Padang Panjang Sumatera Barat, golput menjadi salah satu agenda pembahasan; selain sejumlah masalah seperti kasus penikahan dini, senam yoga, rokok, bank mata dan organ tubuh lainnya serta sejumlah UU.
Terkait dengan golput dalam Pemilu, Ijtima Ulama yang dihadiri oleh 700 ulama dan cendekiawan tersebut menghasilkan sebuah kesimpulan (baca: fatwa), bahwa golput hukumnya haram. “Golput haram bila masih ada calon yang amanah dan imarah, apapun partainya,” papar Humas MUI, Djalal (Kompas, 27/1/2009). Ini karena, menurut Sekretaris Umum MUI Pusat Ichwan Syam, “Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa.” (Republika, 27/1/2009).
Namun, pandangan berbeda dikemukakan Dr. Sofjan S. Siregar. Ia menyatakan bahwa fatwa MUI yang mengharamkan golput adalah sebuah ‘blunder ijtihad’ dalam sejarah perfatwaan MUI. Justru mengharamkan golput itu hukumnya haram. “Sampai detik ini, saya gagal menemukan referensi dan rujukan serta dasar istinbath para ulama yang membahas masalah itu,” ujar Sofjan, doktor syariah lulusan Khartoum University, direktur ICCN, Ketua ICMI Orwil Eropa dan dosen Universitas Islam Eropa di Rotterdam. “Oleh sebab itu, saya menyerukan kepada pematwa dan peserta rapat MUI yang terlibat dalam ‘manipulasi politik fatwa golput’ untuk bertobat dan minta maaf kepada umat Islam Indonesia, karena terlanjur membodohi umat,” tandas Sofjan (Detik.com, 27/1/2009).
Pengamat politik Indobarometer M. Qodari bahkan menilai, dengan fatwa tersebut MUI telah melanggengkan bobroknya sistem politik di Indonesia. “Kalau mereka dilarang untuk golput, hal itu justru menjustifikasi sistem politik yang tidak baik. Fatwa harusnya menganjurkan pada kebaikan,” jelas Qodari (Detik.com, 26/1/2009).
Komentar tajam juga dilontarkan oleh pengamat politik dan ekonomi, Ichsanuddin Noorsy. Menurut Noorsy, MUI tidak konsisten dalam berpijak mengeluarkan fatwanya. Sebab, Pemilu yang dilakukan dengan basis individual atau demokrasi liberal merupakan pemikiran Barat. Karenanya, Noorsy menambahkan, alasan dan argumen rasional MUI lemah. “Fatwa MUI kali ini pun gagal merujuk al-Quran dan Hadis. Kalau fatwa ini mempertimbangkan kebaikan, berarti MUI mengabaikan kebenaran ajaran dan kecerdasan masyarakat,” tegasnya. (Detik.com, 27/01/2009)
Jika demikian, bagaimana sesungguhnya Pemilu—juga kedudukan golput—dalam pandangan hukum Islam?
Hukum Pemilu Menurut Syariah
Pemilu di Indonesia saat ini ditujukan untuk: 1) Memilih wakil rakyat yang akan duduk di DPR/Parlemen; 2) Memilih penguasa.
1. Memilih wakil rakyat.
Dalam pandangan hukum Islam, Pemilu untuk memilih wakil rakyat merupakan salah satu bentuk akad perwakilan (wakalah). Hukum asal wakalah adalah mubah (boleh). Dalilnya antara lain: Pertama, hadis sahih penuturan Jabir bin Abdillah ra. yang berkata: Aku pernah hendak berangkat ke Khaibar. Lalu aku menemui Nabi saw. Beliau kemudian bersabda:
Jika engkau menemui wakilku di Khaibar, ambillah olehmu darinya lima belas wasaq (HR Abu Dawud).
Kedua, dalam Baiat ‘Aqabah II, Rasulullah saw. pernah meminta 12 wakil dari 75 orang Madinah yang menghadap kepada Beliau saat itu. Keduabelas wakil itu dipilih oleh mereka sendiri.
Wakalah itu sah jika semua rukun-rukunnya dipenuhi. Rukun-rukun tersebut adalah: adanya akad (ijab-qabul); dua pihak yang berakad, yaitu pihak yang mewakilkan (muwakkil) dan pihak yang mewakili (wakîl); perkara yang diwakilkan; serta bentuk redaksi akad perwakilannya (shigat tawkîl). Semuanya tadi harus sesuai dengan syariah Islam.
Menyangkut Pemilu untuk memilih wakil rakyat, yang menjadi sorotan utama adalah perkara yang diwakilkan, yakni untuk melakukan aktivitas apa akad perwakilan itu dilaksanakan. Dengan kata lain, apakah aktivitas para wakil rakyat itu sesuai dengan syariah Islam atau tidak. Jika sesuai dengan syariah Islam maka wakalah tersebut boleh dilakukan. Sebaliknya, jika tidak sesuai maka wakalah tersebut batil dan karenanya haram dilakukan.
Sebagaimana diketahui, paling tidak, ada 2 (dua) fungsi utama wakil rakyat di DPR/Parlemen. Pertama: melegislasi UUD/UU. Berkaitan dengan fungsi legislasi ini, tidak ada pilihan lain bagi kaum Muslim dalam mengatur kehidupan pribadi, masyarakat, dan negaranya kecuali dengan menggunakan syariah Allah SWT (Lihat, misalnya: QS Yusuf [12]: 40; QS an-Nisa [4]: 65; QS al-Ahzab [33]: 36). Oleh karena itu, setiap aktivitas pembuatan perundang-undangan yang tidak merujuk pada wahyu Allah (al-Quran dan as-Sunnah) merupakan aktivitas menyekutukan Allah SWT (Lihat: QS at-Taubah [9]: 31). Pelakunya juga bisa terkategori kafir, fasik atau zalim (Lihat: QS al-Maidah [5]: 44; 45; 47).
Dalam Islam, kedaulatan hanyalah milik Allah, bukan milik rakyat sebagaimana yang terdapat dalam sistem demokrasi. Artinya, yang diakui dalam Islam adalah ‘kedaulatan syariah’, bukan kedaulatan rakyat. Ini berarti, dalam Islam, hanya Allahlah yang berhak menentukan halal-haram, baik-buruk, haq-batil, serta terpuji-tercela; bukan manusia (yang diwakili oleh para wakil rakyat) sebagaimana dalam sistem demokrasi. Allah SWT berfirman:
Hak membuat hukum itu hanyalah milik Allah (QS Yusuf [12]: 40)
Karena itu, hukum wakalah dalam konteks membuat dan melegalisasikan UU yang tidak bersumber pada syariah, atau hukum Allah, jelas tidak boleh.
Kedua: fungsi pengawasan. Menyangkut fungsi pengawasan DPR/Parlemen—berupa koreksi dan kritik terhadap pemerintah/para penguasa atau UU yang digodok dan dihasilkan oleh DPR—jelas hukumnya wajib secara syar’i. Fungsi tersebut terkategori ke dalam aktivitas amar makruf nahi munkar, yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim, terlebih para wakil rakyat.
Jadi, dalam pandangan hukum Islam, Pemilu untuk memilih para wakil rakyat hukumnya dikembalikan kepada dua fungsi yang mereka mainkan di atas.
2. Memilih penguasa.
Adapun dalam konteks memilih penguasa, Islam memiliki pandangan tersendiri yang berbeda dengan pandangan politik demokrasi sekular. Dalam sistem politik Islam, aktivitas memilih dan mengangkat penguasa (imam/khalifah) untuk melaksanakan hukum-hukum Islam bukan hanya boleh, bahkan wajib. Sebab, imam/khalifah tersebut diangkat dalam rangka menjalankan hukum-hukum syariah dalam negara, dan ketiadaan imam/khalifah akan menyebabkan tidak terlaksanakan hukum-hukum syariah tersebut.
Adapun dalam sistem demokrasi, Pemilu untuk memilih penguasa adalah dalam rangka menjalankan sistem sekular, bukan sistem Islam. Karena itu, status Pemilu Legislatif tidak sama dengan Pemilu Eksekutif. Dalam konteks Pemilu Legislatif, status Pemilu tersebut merupakan akad wakalah sehingga berlaku ketentuan sebelumnya. Namun, dalam konteks Pemilu Eksekutif, statusnya tidak bisa lagi disamakan dengan status akad wakalah, melainkan akad ta’yîn wa tanshîb (memilih dan mengangkat) untuk menjalankan hukum-hukum tertentu. Dalam hal ini statusnya kembali pada hukum apa yang hendak diterapkan. Jika hukum yang diterapkan adalah hukum Islam maka memilih penguasa bukan saja mubah/boleh, melainkan wajib. Demikian juga sebaliknya.
Tinjauan Politik
Selain tinjauan dari segi syariah, Pemilu (khususnya dalam memilih para wakil rakyat) dan fenomena golput juga bisa ditinjau dari kacamata politik. Dalam hal ini, Jubir HTI, HM Ismail Yusanto, berpandangan: Pertama, UU Pemilu sendiri menyebut bahwa memilih itu hak, bukan kewajiban. Jadi, bagaimana mungkin hak itu dihukumi haram ketika orang itu tidak mengambilnya. Lagipula, memilih untuk tidak memilih itu berarti juga memilih. Jadi, fatwa haram golput itu sendiri secara filosofis bermasalah.
Kedua, sekarang ini berkembang fenomena golput di mana-mana. Dalam Pilkada itu golput sampai 45%-47%. Ini angka yang sangat tinggi. Itu harus dipahami secara lebih mendalam. Jangan-jangan itu merupakan cerminan dari ketidakhirauan masyarakat karena mereka melihat bahwa proses politik (Pemilu) itu tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap kehidupan mereka.
Ketiga, ketika orang tidak menggunakan pilihan politiknya tidak bisa dikatakan bahwa dia apolitik. Sebab, boleh jadi hal itu didasarkan pada pengetahuan politik dan sikap politik; bahwa dia tidak mau terus-menerus terjerumus dalam sistem sekular yang terbukti bobrok ini.
Keempat, terkait dengan Hizbut Tahrir, Hizb memandang bahwa aktivitas politik itu tidak berarti mengharuskan Hizb ada di parlemen. Mengoreksi penguasa adalah bagian aktivitas politik. Mendidik umat dengan pemikiran dan hukum-hukum Islam juga merupakan aktivitas politik. Selama ini, itulah di antara yang telah, sedang dan akan terus-menerus dilakukan oleh Hizb (Hizbut-tahrir.or.id, 27/1/2009).
Sikap Kaum Muslim Seharusnya
Berdasarkan penjelasan di atas, sikap yang harus ditunjukkan oleh setiap Muslim adalah:
1. Tidak memilih calon/partai manapun yang nyata-nyata tidak sungguh-sungguh memperjuangkan tegaknya syariah Islam, apalagi sampai mengokohkan sistem sekular saat ini.
2. Berjuang secara serius dan terus-menerus untuk menerapkan syariah Islam dan mengubah sistem sekular ini menjadi sistem Islam dengan metode yang telah digariskan oleh Rasulullah saw., yaitu melalui pergulatan pemikiran (as-shirâ’ al-fikri) dan perjuangan politik (al-kifâh as-siyâsi). Perjuangannya itu diwujudkan dengan mendukung individu, kelompok, jamaah, dan partai politik yang nyata dan konsisten berjuang demi tegaknya Khilafah dan diterapkannya syariah Islam.
3. Secara sendiri-sendiri atau bersama tetap melakukan kritik dan koreksi terhadap para penguasa dan wakil rakyat atas setiap aktivitas dan kebijakan mereka yang bertentangan dengan syariah Islam.
4. Tidak terpengaruh oleh propaganda orang-orang atau kelompok tertentu yang menyatakan bahwa mengubah sistem sekular dan mewujudkan sistem Islam mustahil dilakukan. Sebab, kaum Muslim pasti bisa melakukan perubahan jika berusaha keras, sungguh-sungguh, dan ikhlas karena Allah dalam berjuang. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya, termasuk merealisasikan tegaknya Khilafah bagi kaum Muslim untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam (isti’nâfu al-hayâh al- Islâmiyah) melalui penerapan syariah Islam di dalam negeri dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia. Di bawah naungan Khilafah pula, umat Islam di seluruh dunia akan dapat disatukan kembali sekaligus menjadi umat terbaik, dan Islam pun akan menjadi pemenang atas semua agama dan ideologi sekalipun orang-orang kafir membencinya. Allah SWT berfirman:
Pada hari itu bergembiralah orang-orang Mukmin karena pertolongan Allah (QS ar-Rum [30]: 4-6)
Jumat, 30 Januari 2009
Kamis, 29 Januari 2009
Penjara Besar Yang Melemahkan Kita
Ada pertanyaan berulang ditengah-tengah masyarakat, kenapa kita tidak bisa menghentikan kebiadaban Israel? Kenapa penguasa-penguasa Arab dan negeri Islam lainnya memilih diam? Kenapa PBB yang mengklaim sebagai organisasi internasional malah terkesan menjadi pengamat terhadap keganasan Israel?
Paling tidak ada tiga ‘penjara besar’ yang membuat kita meskipun dengan jumlah penduduk lebih dari 1,5 milyar seluruh dunia lumpuh menghadapi Israel dengan jumlah penduduk total sekitar 5,5 juta jiwa. Pertama adalah nasionalisme dengan sistem negara bangsa (nation state). Dengan sistem negara bangsa, umat Islam yang tadi bersatu dibawah naungan negara Khilafah kemudian dipecah-pecah menjadi negara kecil dan lemah.
Diperparah dengan ide nasionalisme yang menjadi racun yang membunuh persaudaraan dan persatuan umat Islam. Logika nasionalisme selalu mengatakan persoalan luar negeri seperti Palestina, Irak, Afghanistan bukan persoalan kita, kita lebih baik memikirkan kepentingan nasional kita saja !
Justru sikap ini yang membuat kita lemah dan membuat negara-negara kafir penjajah berbuat seenaknya terhadap umat Islam. mereka tidak khawatir secara bergilirian menyerang negeri-negeri Islam. Setelah Afghanistan, Irak, Palestina, maka bukan mustahil berikutnya Suriah, Iran atau negera manapun yang menantang Amerika. Mereka tahu negara-negara muslim lainnya akan diam.
Ini tidak akan terjadi kalau negara-negara kafir itu melihat umat Islam menganggap dirinya bagaikan satu tubuh seperti yang digambarkan oleh hadist Rosulullah saw “kal jasadil wahid”. Kalau umat Islam bersatu, satu negeri Islam diserang, seluruh negeri Islam akan mengirim jutaan tentaranya yang didukung umat Islam yang rindu syahid fi sabilillah untuk membebaskan saudaranya.
Kita bisa bayangkan, menghadapi Hamas di Palestina, Hizbullah di Lebanon Selatan, dan mujahidin Irak dan Afghanistan , saja mereka sudah kewalahan. Apalagi kalau negara-negara penjajah itu menghadapi puluhan juta tentara Islam dengan persenjataan mereka yang tentu lebih canggih. Pastilah musuh-musuh Allah Swt akan ketakutan. Apalagi yang mendorong tentara-tentara Islam itu bukanlah kekuatan materi tapi aqidah Islam. Tentara Islam akan menjadi tentara yang ditakuti oleh lawan. Bagi tentara Islam yang rindu syahid, kecintaan kepada kematian dijalan Allah swt akan mengalahkan kecintaan kepada dunia tentara-tentara musuh.
Penjara besar kedua adalah penguasa-penguasa negeri Islam yang berkhianat pada Allah swt, Rosulululah saw dan umat Islam. Penguasa umat Islam sekarang sebagian besar adalah antek-antek Amerika Serikat , kaki tangan penjajah, yang lebih memilih berkhidmat kepada penjajah dari pada melindungi dan melayani umat Islam. Padahal Rosulullah saw telah mengingatkan fungsi utama pemimpin adalah melindungi umatnya. Pemimpin adalah perisai (al junnah).
Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara penjajah lainnya tidak akan seenaknya membunuh umat Islam, kalau mereka tahu ada penguasa Islam yang menjadi pelindung umat yang akan membela rakyatnya. Pemimpin Negara seperti Rosulullah saw yang menghukum mati Yahudi Bani Qainuqo yang membunuh seorang rakyatnya dan mengusir keluar mereka keluar Madinah.
Rosulullah saw juga mengirim pasukan Islam untuk mengepung Yahudi Bani Quraizhah selama 25 hari dan menghukum mati para pengkhianat. Pasalnya, bangsa pengkhianat ini, telah berkaolisi dengan musuh Daulah Islam dalam perang Ahzab. Begitulah sikap pemimpin yang kemudian diikuti oleh Khalifah Mu’tashim Billah saat memerangi pasukan adi daya Romawi yang telah menodai kehormatan wanita muslimah.
Penjara ketiga, adalah sistem internasional saat ini yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan ideolog Kapitalismenya. AS dan sekutunya kemudian membuat hukum internasional dan membentuk lembaga-lembaga internasional yang digunakan sebagai alat kepentingan negara-negara penjajah. PBB digunakan untuk melegalisasi penjajahan terhadap Irak dan Afghanistan.
Lewat organisasi ini dikirimlah tentara dari berbagai negara untuk menduduki Irak dan Afghanistan. Sebaliknya, tentara-tentara dari negeri Islam berlindung dibelakang PBB untuk tidak membantu saudaranya yang dibantai. Alasannya, tidak ada perintah dari PBB, tentara hanya dikirim lewat PBB.Jadilah PBB mandul untuk menyelamatkan kaum muslimin di Palestina. Banyak resolusi PBB diabaikan oleh Israel .Resolusi yang mengutuk Israelpun sering diveto oleh AS.Dengan tidak mendapat mandat dari PBB , penguasa negeri-negeri muslim tidak mengirimkan tentaranya membebaskan Palestina. Padahal sudah sangat jelas PBB tidak akan mengirim pasukan perang yang bisa merugikan kepentingan Israel, meskipun hanya sedikit.
Penghancuran penjara itu hanya bisa dilakukan dengan membentuk kembali Khilafah Islam, sebuah sistem pemerintahan Islam yang berdasarkan manhaj nubuwah. Dengan tegaknya sistem Islam penguasa-penguasa pengkhianat itu akan tumbang. Digantikan oleh Kholifah yang adil dan melindungi rakyat. Khilafah akan menyatukan negeri-negeri Islam bukan berdasarkan kebangsaannya tapi atas dasar aqidah Islam. Khilafah juga akan mengimbangi dan menggantikan dominasi negara-negara Kapitalis saat ini yang dipimpin AS. Tatanan internasional akan dipimpin oleh Khilafah Islam yang akan memberikan kesejahteraan dan keamanan bagi umat manusia seluruh dunia.
Paling tidak ada tiga ‘penjara besar’ yang membuat kita meskipun dengan jumlah penduduk lebih dari 1,5 milyar seluruh dunia lumpuh menghadapi Israel dengan jumlah penduduk total sekitar 5,5 juta jiwa. Pertama adalah nasionalisme dengan sistem negara bangsa (nation state). Dengan sistem negara bangsa, umat Islam yang tadi bersatu dibawah naungan negara Khilafah kemudian dipecah-pecah menjadi negara kecil dan lemah.
Diperparah dengan ide nasionalisme yang menjadi racun yang membunuh persaudaraan dan persatuan umat Islam. Logika nasionalisme selalu mengatakan persoalan luar negeri seperti Palestina, Irak, Afghanistan bukan persoalan kita, kita lebih baik memikirkan kepentingan nasional kita saja !
Justru sikap ini yang membuat kita lemah dan membuat negara-negara kafir penjajah berbuat seenaknya terhadap umat Islam. mereka tidak khawatir secara bergilirian menyerang negeri-negeri Islam. Setelah Afghanistan, Irak, Palestina, maka bukan mustahil berikutnya Suriah, Iran atau negera manapun yang menantang Amerika. Mereka tahu negara-negara muslim lainnya akan diam.
Ini tidak akan terjadi kalau negara-negara kafir itu melihat umat Islam menganggap dirinya bagaikan satu tubuh seperti yang digambarkan oleh hadist Rosulullah saw “kal jasadil wahid”. Kalau umat Islam bersatu, satu negeri Islam diserang, seluruh negeri Islam akan mengirim jutaan tentaranya yang didukung umat Islam yang rindu syahid fi sabilillah untuk membebaskan saudaranya.
Kita bisa bayangkan, menghadapi Hamas di Palestina, Hizbullah di Lebanon Selatan, dan mujahidin Irak dan Afghanistan , saja mereka sudah kewalahan. Apalagi kalau negara-negara penjajah itu menghadapi puluhan juta tentara Islam dengan persenjataan mereka yang tentu lebih canggih. Pastilah musuh-musuh Allah Swt akan ketakutan. Apalagi yang mendorong tentara-tentara Islam itu bukanlah kekuatan materi tapi aqidah Islam. Tentara Islam akan menjadi tentara yang ditakuti oleh lawan. Bagi tentara Islam yang rindu syahid, kecintaan kepada kematian dijalan Allah swt akan mengalahkan kecintaan kepada dunia tentara-tentara musuh.
Penjara besar kedua adalah penguasa-penguasa negeri Islam yang berkhianat pada Allah swt, Rosulululah saw dan umat Islam. Penguasa umat Islam sekarang sebagian besar adalah antek-antek Amerika Serikat , kaki tangan penjajah, yang lebih memilih berkhidmat kepada penjajah dari pada melindungi dan melayani umat Islam. Padahal Rosulullah saw telah mengingatkan fungsi utama pemimpin adalah melindungi umatnya. Pemimpin adalah perisai (al junnah).
Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara penjajah lainnya tidak akan seenaknya membunuh umat Islam, kalau mereka tahu ada penguasa Islam yang menjadi pelindung umat yang akan membela rakyatnya. Pemimpin Negara seperti Rosulullah saw yang menghukum mati Yahudi Bani Qainuqo yang membunuh seorang rakyatnya dan mengusir keluar mereka keluar Madinah.
Rosulullah saw juga mengirim pasukan Islam untuk mengepung Yahudi Bani Quraizhah selama 25 hari dan menghukum mati para pengkhianat. Pasalnya, bangsa pengkhianat ini, telah berkaolisi dengan musuh Daulah Islam dalam perang Ahzab. Begitulah sikap pemimpin yang kemudian diikuti oleh Khalifah Mu’tashim Billah saat memerangi pasukan adi daya Romawi yang telah menodai kehormatan wanita muslimah.
Penjara ketiga, adalah sistem internasional saat ini yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan ideolog Kapitalismenya. AS dan sekutunya kemudian membuat hukum internasional dan membentuk lembaga-lembaga internasional yang digunakan sebagai alat kepentingan negara-negara penjajah. PBB digunakan untuk melegalisasi penjajahan terhadap Irak dan Afghanistan.
Lewat organisasi ini dikirimlah tentara dari berbagai negara untuk menduduki Irak dan Afghanistan. Sebaliknya, tentara-tentara dari negeri Islam berlindung dibelakang PBB untuk tidak membantu saudaranya yang dibantai. Alasannya, tidak ada perintah dari PBB, tentara hanya dikirim lewat PBB.Jadilah PBB mandul untuk menyelamatkan kaum muslimin di Palestina. Banyak resolusi PBB diabaikan oleh Israel .Resolusi yang mengutuk Israelpun sering diveto oleh AS.Dengan tidak mendapat mandat dari PBB , penguasa negeri-negeri muslim tidak mengirimkan tentaranya membebaskan Palestina. Padahal sudah sangat jelas PBB tidak akan mengirim pasukan perang yang bisa merugikan kepentingan Israel, meskipun hanya sedikit.
Penghancuran penjara itu hanya bisa dilakukan dengan membentuk kembali Khilafah Islam, sebuah sistem pemerintahan Islam yang berdasarkan manhaj nubuwah. Dengan tegaknya sistem Islam penguasa-penguasa pengkhianat itu akan tumbang. Digantikan oleh Kholifah yang adil dan melindungi rakyat. Khilafah akan menyatukan negeri-negeri Islam bukan berdasarkan kebangsaannya tapi atas dasar aqidah Islam. Khilafah juga akan mengimbangi dan menggantikan dominasi negara-negara Kapitalis saat ini yang dipimpin AS. Tatanan internasional akan dipimpin oleh Khilafah Islam yang akan memberikan kesejahteraan dan keamanan bagi umat manusia seluruh dunia.
Senin, 26 Januari 2009
Isyarat Nubuwwah: Khilafah Akan Menaungi Palestina
Menyikapi Tragedi Gaza para penguasa Arab dan Liga Arab telah menginisiasi pertemuan Tingkat Tinggi Negara-negara Arab. Kita pun mendengar apa yang disebut dengan “Inisiatif Mesir” setelah bertemu dengan Nicolas Sarkozi (Presiden Prancis) yang kemudian disebut dengan “Inisiatif Mesir-Prancis”. Semuanya mengajukan solusi yang tidak jauh berbeda, yakni bahwa solusi masalah Palestina harus diserahkan kepada Dunia Internasional, dalam hal ini Dewan Keamanan PBB. Para penguasa Arab bersepakat bahwa solusinya adalah gencatan senjata dan perdamaian antara kedua belah pihak yang berseteru.
Solusi yang ditawarkan oleh para pengauasa Arab dan Liga Arab ini sangat aneh dan menggelikan. Pasalnya, seolah-olah di Gaza saat ini tengah terjadi peperangan. Padahal yang terjadi di sana adalah pembataian, pendudukan dan perampasan hak atas penduduk Gaza. Yang terjadi adalah Yahudi Israel melakukan serangan dengan persenjataan yang lengkap dan canggih melalui darat, laut dan udara. Sebaliknya, penduduk Gaza, termasuk Hamas, adalah pihak yang mempertahankan diri dan membela hak-hak mereka. Bagaimana mungkin kondisi seperti itu dikatakan peperangan?
Kalaupun di sana ada dua pihak yang saat ini saling menyerang, sungguh kekuatannya sangat tidak seimbang. Kekuatan yang dimiliki penduduk Gaza tidak sampai satu persen dari kekuatan yang dimiliki Yahudi Israel. Jadi, jelas solusi menghentikan peperangan adalah penyesatan yang dilakukan oleh para penguasa Arab.
Solusi yang mereka tawarkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Dalam hal ini para pengauasa Arab kalah hebat oleh Hugo Chavez, Presiden Venezuela. Chavez mampu berbuat lebih jauh daripada para penguasa Arab. Sebagai protes terhadap Israel, Chavez mengusir Duta Besar Israel dari negaranya. Sungguh, jika dibandingkan dengan tindakan Chavez, perbuatan para penguasa Arab sangatlah memalukan.
Hal ini mereka lakukan karena sebenarnya pemerintahan negara-negara Arab sudah kehilangan kedaulatan. Negara-negara Arab kini hidup dalam jajahan Amerika dan negara-negara Barat, baik dalam bidang ekonomi, budaya, militer maupun politik. Karenanya sangat wajar jika sikap mereka dalam permasalahan Palestina dan masalah-masalah lainnya yang menimpa Dunia Islam selalu mengikuti arahan dan keinginan Amerika, Eropa atau Dewan Keamanan PBB; seolah-olah mereka bukan bagian dari umat ini.
Pada kenyataannya mereka memang tidak merepresentasikan umat. Mereka bukan bagian dari umat. Bahkan mereka benar-benar telah terpisah dari umat. Pemikiran dan perasaan mereka berbeda dengan pemikiran dan perasaan umat. Tidak ada satu penguasa pun yang menyelesaikan permasalahan demi rakyat mereka. Mereka justru menyerahkan permasalahan tersebut kepada negara-negara berpengaruh baik itu Amerika, Uni Eropa, Rusia atau PBB.
Lebih jauh lagi, para penguasa Arab telah menipu umat selama puluhan tahun. Berkali-kali mereka telah merekayasa berbagai peperangan dengan Israel dengan tujuan untuk menunjukan kepedulian mereka terhadap Palestina. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah pengkhianatan mereka terhadap Islam dan kaum Muslim. Pasalnya, yang terjadi sebenarnya bukanlah peperangan sunggguhan. Semua peperangan tersebut berakhir dengan intervensi dunia internasional sehingga berakhir dengan cepat. Dari peperangan yang direkayasa ini kemudian dibuat kesan bahwa Israel tidak pernah terkalahkan. Karenanya, menurut mereka, solusi satu-satunya adalah perdamaian dengan Israel. Padahal inisiatif perdamaian demi perdamaianlah yang selama ini semakin mengokohkan eksistensi Israel.
Kaum Muslim seharusnya menyadari bahwa Yahudi sebenarnya lemah dan pengecut. Mereka tidak akan mampu berhadapan dengan kaum Muslim jika saja kaum Muslim bersatu. Jika kita menelaah nash al-Quran tentang kaum Yahudi, jelaslah bahwa Kaum Yahudi sebenarnya kaum yang lemah. Mereka tidak akan pernah memiliki kekuatan jika berhadapan dengan umat Islam yang bersatu di bawah satu komando kepemimpinan. Allah Swt. berfirman:
لَن يَضُرُّوكُمْ إِلاَّ أَذًى وَإِن يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الأَدُبَارَ ثُمَّ لاَ يُنصَرُونَ ﴿١١١﴾ ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ ﴿١١٢﴾
Mereka tidak akan membahayakn kalian, kecuali hanya dengan kata-kata mereka yang menyakitkan. Jika mereka memerangi kalian, niscaya mereka akan mundur kocar-kacir, kemudian mereka tidak akan mendapatkan kemenangan. Mereka akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka terikat dengan tali Allah dan tali manusia (QS Ali Imran [3]: 111-112).
Dua ayat ini menjelaskan posisi Yahudi di hadapan umat Islam. Setelah Allah menjelaskan posisi umat Islam sebagai umat terbaik (khayra ummah) pada ayat sebelumnya (ayat ke-110), pada dua ayat ini Allah menjelaskan bahwa Yahudi seharusnya tidak berkutik, lemah dan tidak berdaya jika berhadapan dengan umat Islam. Mereka baru akan mendapat kemuliaan jika mereka terikat dengan tali Allah dan tali manusia. Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tali Allah adalah transaksi dzimmah (yaitu menjadi kafir dzimmi) dan membayar jizyah kepada pemerintahan Islam. Adapun yang dimaksud dengan tali manusia adalah: perdamaian, perjanjian dan suaka dari umat Islam. Kedua ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa umat Islam akan ada pada posisi kuat jika mereka memiliki pemerintahan yang mandiri. Pemerintahan inilah yang akan memberikan perlindungan (dzimmah) dan jaminan keamanan kepada Yahudi. Jika kaum Yahudi tidak mau menjadi ahl adz-dzimmah dan tidak meminta suaka kepada umat Islam maka mereka tidak akan ada dalam posisi aman. Dimana saja mereka berada akan selalu terusir dan dihinakan.
Namun sayang, saat ini umat Islam tidak memiliki kekuatan untuk itu, karena lenyapnya Daulah Khilafah Islam. Akibatnya, posisi umat Islam yang kuat dan disegani tidak bisa diwujudkan. Karenanya, wajar jika saat ini Yahudi sepertinya berada dalam posisi kuat, dan selalu mendapatkan kemenangan; tidak seperti yang diceritakan di dalam kedua ayat di atas.
Di dalam QS al-Isra’ (17) ayat ke 4-8, Allah Swt. menjelaskan tentang perjalanan kaum Yahudi di dunia ini. Mereka akan selelalu melakukan kerusakan di muka bumi. Namun, setiap kali mereka melakukan kerusakan maka akan datanglah tentara Allah yang akan melibas dan menghancurkan kekuatan mereka. Di dalam ayat kedelapan Allah menjelaskan (yang artinya): Jika kalian kembali (melakukan kerusakan) maka Kami akan kembali menindak kalian (TQS al-Isra’ [17]:8).
Ketika mengomentari ayat ini, Sayyid Qutb berkata dalam tafsirnya:
Jika Bani Israil kembali melakukan kerusakan di muka bumi, balasan pasti akan datang di hadapan mereka. Sunnatullah terhadap mereka pasti akan berlaku. Memang benar, Yahudi kembali melakukan kerusakan. Lalu Allah memberikan kekuasaan kepada kaum Muslim terhadap mereka hingga mereka terusir dari Jazirah Arab. Setelah itu, mereka kembali lagi melakukan kerusakan. Lalu Allah pun memberikan kekuasaan kepada hamba-hamba-Nya yang lain untuk menindak mereka hingga datanglah masa Hitler yang mengenyahkan kekuatan mereka. Hari ini kaum Yahudi dalam bentuk Israel kembali melakukan kerusakan. Mereka telah menimpakan berbagai malapetaka kepada bangsa Arab, khususnya Palestina. Karenanya, pasti Allah akan menghancurkan kekuatan mereka dengan lahirnya kekuatan pasukan umat Islam. Inilah janji Allah yang pasti akan terjadi. Waktu kita menunggunya sudah sangat dekat.
Berdasarkan ayat ini, kaum Yahudi akan selalu melakukan kerusakan berulang-ulang ketika mereka memiliki kekuatan dan kesempatan, dan ketika umat Islam jauh dari agamanya. Imam Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam tafsir Aysar at-Tafâsir menjelaskan sebab kekuatan umat Islam yang mampu menghalau dan menghentikan kejahatan Israel adalah karena mereka memiliki negara yang besar dan kuat. Mereka bisa memiliki negara yang besar dan kuat karena mereka menerapkan Kitabullah dan terikat dengan syariahnya.
Demikian juga dengan umat Islam saat ini. Mereka tidak akan memiliki kekuatan untuk menghadapi musuh-musuhnya, termasuk Yahudi Israel, kecuali dengan kembali menjalankan syariah Allah di bawah naungan negara yang kuat, yaitu Khilafah.
Lalu apa yang sebenarnya harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan Gaza ini? Solusinya sangatlah jelas. Semua kaum Muslim sudah mengetahuinya tanpa harus membuka kitab-kitab para ulama untuk membahasnya. Semua kaum Muslim tahu, bahwa jika ada satu negeri Muslim yang diserang dan diduduki maka fardhu ‘ain bagi penduduk negeri itu untuk berjihad. Jika mereka tidak mampu maka kewajiban jihad ini meluas kepada penduduk di negeri terdekat. Dalam hal ini yang paling wajib setelah penduduk Gaza adalah kaum Muslim dan tentara Muslim di Mesir.
Siapapun pasti mengetahui bahwa besi tidak bisa dihadapi kecuali dengan besi lagi. Pasukan tidak bisa dihadapi kecuali dengan pasukan lagi. Pendudukan tidak bisa dihentikan kecuali dengan kekuatan. Karena itu, yang harus dilakukan oleh para pemimpin Arab adalah mengerahkan pasukan mereka untuk mengusir Israel. Permasalahan Palestina tidak akan bisa diselesaikan kecuali oleh kaum Muslim sendiri.
Upaya menyerahkan permasalahan Palestina kepada dunia internasional sama saja dengan membuka jalan bagi penjajahan kaum kafir dan semakin mengokohkan eksistensi Israel. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah Swt.:
وَلَن يَجْعَلَ اللّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً
Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang Mukmin (QS an-Nisa’ [4]: 141).
Sejarah telah membuktikan, Palestina berhasil ditaklukan dari kekuasan kaum Nasrani dengan kekuatan pasukan kaum Muslim. Penguasa kaum Muslim saat itu terus-menerus melakukan peperangan untuk menaklukan Palestina selama 200 tahun hingga akhirnya Palestina berhasil dikuasai kembali di bawah pimpinan Sultan Shalahuddin.
Karena itu, saat ini pun tidak jauh berbeda. Tidak mungkin membebaskan Palestina dari cengkeraman Yahudi Israel, kecuali melalui kekuatan pasukan yang hebat di bawah komando Amirul Mukminin (Imam/Khalifah). Inilah yang saat ini tengah diupayakan oleh Hizbut-Tahrir: menegakkan kembali Khilafah Islam. Hizb berjuang siang-malam dan tiada henti mengontak ahlul quwwah dan orang-orang yang memiliki pengaruh untuk mendapatkan nushrah mereka demi tegaknya Khilafah kedua yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Khilafah itulah yang akan mengusir Israel dan akan menyelesaikan permasalahan Palestina serta semua permasalahan yang menimpa kaum Muslim saat ini.
Khilafah Akan Muncul di Palestina
Bukan hanya akan dapat dibebaskan oleh Khilafah, Palestina bahkan akan menjadi pusat Kekhilafahan. Hal ini diperkuat oleh beberapa hadis Rasulullah saw. yang memberikan isyarat bahwa Kekhilafahan akan singgah di Palestina, bahkan Palestina akan menjadi ibukota Khilafah yang kedua ini.
1. Hadis pertama.
Ibn Hawalah menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah berkata:
لَتُفْتَحَنَّ لَكُمْ الشَّامُ ثُمَّ لَتُقْسَمَنَّ لَكُمْ كُنُوْزُ فَارِسِ وَالرُّوْمِ وَلَيَكُوْنَنَّ ِلأَحَدِكُمْ مِنَ الْمَالِ كَذَا وَكَذَا حَتَّى إِنَّ أَحَدَكُمْ لِيُعْطَى مِائَةَ دِيْنَارٍ فَيَتَسَخَطَهَا ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِى فَقَالَ يَا اِبْنَ حَوَالَةَ إِذَا رَأَيْتَ الْخِلاَفَةَ قَدْ نَزَلَتِ اْلأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ فَقَدْ أَتَتْ الْزَلاَزِلُ وَالسَّلاَسِلُ وَاْلبَلاَبِلُ وَالْفِتَنُ وَاْلأُمُوْرُ اْلعِظاَمُ وَالسَّاعَةُ أَقْرَبُ إِلَى النَّاسِ مِنْ يَدِي هَذِهِ إِلَى رَأْسِكَ
“Sungguh Syam akan ditaklukan untuk kalian. Kekayaan Persia dan Roma akan dibagikan kepada kalian. Kemudian salah seorang dari kalian akan memiliki harta begini dan begini hingga salah seorang akan diberi harta seratus dinar, tetapi ia marah karenanya.” Kemudian Beliau meletakkan tangannya di kepalaku dan bersabda, “Jika engkau telah melihat Khilafah menempati tanah yang disucikan (Palestina) maka akan datanglah saatnya banyak gempa, guncangan, fitnah dan perkara-perkara besar. Saat itu Kiamat lebih dekat dari manusia daripada tanganku ini dari kepalamu.” (HR Ahmad, Abu Dawd, ath-Thabrani, al-Hakim, al-Baihaqi dan adh-Dhiya).
Berdasarkan hadis ini, Khilafah yang akan singgah di Baitul Maqdis itu bukanlah Khilafah pada masa Umar (yang telah menaklukannya). Sebab, peritiwa besar dan guncangan yang diceritakan di dalam hadis belum terjadi. Peristiwa tersebut baru akan terjadi setelah Khilafah yang kedua, yaitu Khilafah yang saat ini sedang diperjuangkan dan dinantikan oleh kaum Muslim.
2. Hadis kedua.
Rasulullah saw. pernah bersabda:
أَلاَ إِنَّ عُقْرَ دَارِ الْمُؤْمِنِينَ الشَّامُ
Ingatlah, ibukota negeri kaum Mukmin adalah Syam (HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Asakir dalam Kanzul-Ummal).
Yang dimaksud dengan Syam di sini adalah Baitul Maqdis. Hal ini dikuatkan oleh hadis-hadis lain yang menyatakan bahwa Khilafah akan berada di Baitul Maqdis. Ibnu Hibban menceritakan dalam kitab Shahîh Ahâdîts, bahwa asy-Syâm (daerah yang mencakup Yordania, Syria, Palestina, Libanon dan bagian dari Irak) akan menjadi pusat tanah (ibukota) orang-orang Mukmin pada akhir zaman.
3. Hadis ketiga.
Masirah bin Jalis bertutur, berdasarkan penuturkan dari al-Walid bin Muslim, dari Marwan bin Janah, dari Yunus bin Maisarah al-Jabalani, bahwa rasulullah saw. pernah bersabda:
هَذَا اْلأَمْرُ كَائِنٌ بِالْمَدِيْنَةِ ثُمَّ بِالشَّامِ ثُمَّ بِالْجَزِيْرَةِ ثُمَّ بِالْعِرَاقِ ثُمَّ بِالْمَدِيْنَةِ ثُمَّ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ
Urusan (Pemerintahan Islam/ Khilafah) ini akan berada di Madinah (Yatsrib), lalu di Syam, kemudian di Jazirah (Damaskus), selanjutnya di Irak, lalu di Madinah (Konstantinopel), dan kemudian di Baitul Maqdis (Palestina) (HR Ibnu Asakir).
Para ulama meyakini bahwa yang dimaksud dengan Madinah (yang kedua) adalah kotanya Heraclius (Konstantinopel). Hadis ini juga membicarakan tentang kota-kota yang akan menjadi ibukota Khilafah dan semuanya telah terjadi, kecuali Baitul Maqdis. Insya Allah, Baitul Maqdis akan menjadi ibukota Khilafah suatu saat nanti.
4. Hadis keempat.
Abdurrahaman bin Abi Umairah al-Mujni mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda:
هُنَاكَ فِيْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سَتَكُوْنُ الْبَيْعَةُ
Di sana, di Baitul Maqdis, akan terjadi baiat (kepada Imam/Khalifah) (HR Ibnu Asakir).
Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Hakim dan beliau mensahihkannya.
5. Hadis kelima.
Abdullah bin Umar ra. Berkata, bahwa Rasulullah saw.pernah bersabda:
سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ فَخِيَارُ أَهْلِ اْلأَرْضِ أَلْزَمُهُمْ مُهَاجَرَ إبْرَاهِيْمَ
Akan ada hijrah setelah hijrah. Penduduk bumi paling baik adalah orang yang menempati tempat hijrahnya Ibrahim (Syam/Palestina). (HR Al-Hakim).
Al-Hakim berkata, “Hadis ini sahih sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim meski keduanya tidak meriwayatkannya.” Wallâhu a’lam. [M. Yasin Muthohhar]
Selasa, 20 Januari 2009
Setelah Membiarkan Saudaranya Dibantai, Kini Raja Saudi Sumbang 1 Milyar US Dollar
Raja Saudi Abdullah bin Abdulaziz mengumumkan sumbangan 1 milyar US dollar. Sumbangan ini ditujukan untuk membangun kembali Gaza dan menyerukan penghentian perbedaan di antara penguasa Arab.
”Atas nama rakyat Saudi, saya mengumumkan menyumbang 1 milyar US dollar untuk program membangun kembali Gaza,” Raja Saudi mengatakan hal itu dalam sesi pembukaan KTT Arab di Kuwait kemarin.
”Kita harus mengatasi perbedaan politik di kalangan negara-negara Arab yang bisa menyebabkan perpecahan dan bisa dimanfaatkan mereka yang memiliki ambisi regional”, ujar Raja Abdullah.
Dia juga memperingatkan prakarsa perdamaian Arab tidak akan hanya ada di meja selamanya.
Para pemimpin Arab menyetujui anggaran 2,96 milyar US dollar untuk mendanai rekonstruksi Gaza.
Pemimpin Kuwait Sheikh Sabah al Ahmad al Sabah mengumumkan dalam pembukaan KTT negaranya menyumbang 34 juta US dollar yang dibutuhkan oleh badan PBB untuk pengungsi (UNRWA)
Inilah gambaran penguasa Arab yang berkhianat kepada Allah SWT, Rosul, dan kaum muslimin. Setelah membiarkan muslim Palestina dibantai dengan korban lebih dari 1000 syahid sebagian besar diantaranya anak-anak, penguasa Arab ramai-ramai rapat untuk menunjukkan seolah-olah mereka peduli dengan umat Islam Palestina.Mereka menjadi pahlawan kesiangan
Dana 1 milyar US dollar ini juga tidak sebanding dengan anggaran belanja militer Saudi. Apakah gunanya Arab Saudi membelanjakan US 20 miliar setahun untuk ketenteraan, apakah gunanya jet pejuang F-15 dan helikopter Apache yang dimiliki Saudi? Jawabannya, itu semua hanyalah untuk perhiasan dan pertunjukan! Dan lebih buruk, itu semua digunakan untuk mempertahankan keberadaan Israel dan Amerika!!!
Padahal seharusnya fungsi Imam (Pemimpin) dalam Islam adalah menjadi perisai bagi rakyatnya dan menolong mereka ketika diancam oleh musuh. Mereka melupakan Ayat al Qur’an yang menyerukan umat Islam untuk membantu saudarnya yang menderita. Firman Allah Swt : ”Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan…” (Al Anfal : 72)
Mereka juga melupakan hadist Rosulullah saw yang mengingatkan bahwa sesama muslim itu bersaudara dan tidak boleh membiarkan saudaranya dianiaya orang lain
Sabda Rosulullah saw yang artinya : ”Seorang muslim itu bersaudara dengan muslim lainnya, tidak boleh merendahkannya, tidak boleh dibiarkan dihina orang lain, tidak boleh diserahkan dianiaya oleh orang lain…”
Mereka menganggap sudah memperhatikan urusan umat dengan memberikan bantuan dana setelah musuh dibiarkan menghancurkan dan membunuh umat islam. Mereka melupakan hadist Rosulullah saw yang mengingatkan begitu pentingnya nyawa seorang muslim dibanding dengan sumbangan materi untuk membangun kembali fisik kota Gaza .
Dalam sunan Nasa’i dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.“Artinya : Sungguh hancurnya dunia itu lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim”
Senin, 19 Januari 2009
Kegagalan Israel di Gaza
Setelah 22 hari menggempur Jalur Gaza, Israel secara sepihak akhirnya menyatakan gencatan senjata. Meski demikian, pasukan Zionis masih melakukan serangan di berbagai titik di Gaza dan tentara-tentara Zionis itu masih belum mampu menguasai kota Gaza seluruhnya.
Gencatan senjata dari pihak Israel, diumumkan oleh Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dalam keterangan persnya di Tel Aviv. Ia mengklaim bahwa Israel telah mencapai target agresinya ke Jalur Gaza yang telah ditetapkan oleh kabinetnya.
Israel mulai memberlakukan gencatan senjata pada Minggu (18/1) pukul 02.00 dinihari waktu setempat. Namun dalam gencatan senjata itu, Israel tidak menyinggung masalah penarikan pasukannya dari Jalur Gaza dan pencabutan blokade di Gaza seperti tuntutan Hamas. Israel juga mengancam akan kembali menyerang Gaza jika pejuang Palestina menembakkan roketnya.
Hamas sendiri berpandangan ini bukan gencatan senjata sejati. Osama Hamdan, pejabat Hamas di Lebanon mengatakan ini adalah pernyataan kegagalan operasi militer Israel. “Satu-satunya keberhasilan mereka adalah membunuh warga sipil dan mereka tidak berhasil menghancurkan sasaran yang mereka inginkan,” ujar Hamdan.
“Sasaran mereka adalah mengubah situasi di Gaza, menghancurkan Hamas di Gaza dan menghentikan serangan roket. Semua itu tidak tecapai. Kemarin 39 roket ditembakkan ke arah pemukiman Yahudi.”
Sejak awal memang apa yang menjadi target sesungguhnya Israel menyerang Gaza masih simpang siur. Kalau tujuannya adalah untuk menghancurkan Hamas maka bisa disebut Israel gagal. Pernyatan gencatan senjata secara sepihak oleh Israel dan penegasan Hamas itu, membuktikan bahwa Israel tidak mampu menumbangkan Hamas, apalagi sampai hari ke-23 pasukan Zionis juga masih belum bisa menguasai Gaza sepenuhnya. Tampaknya, pemerintah Israel takut, kegagalan mengalahkan Hizbutllah di Lebanon Selatan terulang kembali.
Pengakuan kegagalan Israel juga muncul dari kepala intelejen dalam negeri Israel (Shin Bet), Yuval Diskin mengatakan, pasukan Israel tidak berhasil membumihanguskan seluruh terowongan-terowongan yang dibangun Hamas. Usai rapat kabinet hari Minggu kemarin, Diskin mengakui bahwa Tel Aviv gagal mencapai tujuan perangnya ke Jalur Gaza dan gagal melucuti persenjataan Hamas. Karena terowongan-terowongan yang dibangun Hamas, yang diklaim Israel sudah berhasil dihancurkan, masih ada. Diskin juga menyatakan, Hamas akan mampu memulihkan persenjataannya dalam jangka waktu singkat.
Begitu juga dengan Partai Likud, partai oposisi pemerintah Israe, juga menilai Israel tidak berhasil mencapai tujuan perangnya ke Jalur Gaza.Anggota Parlemen Partai Likud, dan pakar di bidang hukum, Yisrael Katz, menyatakan agresi militer Israel ke Gaza, mengalami kegagalan. Israel tidak mencapai tujuannya. Dan, menimbulkan ratusan korban dikalangan militernya.
Kemungkinan genjatan senjata sepihak ini bisa disebut sebagai ‘exit strategi’ Israel untuk keluar dari medan pertempuran tanpa tanpa kehilangan muka. Untuk itu Israel menunjukkan seolah-olah tindakannya adalah hasil perundingan dengan Mesir dan Amerika Serikat. Dengan genjatan senjata ini juga seolah-olah Israel mematuhi resolusi PBB 1860 yang meminta kedua belah pihak melakukan genjatan senjata.
Demikian juga kalau target serangan barbar Israel ke Gaza adalah untuk menguatkan posisi Mahmud Abbas dengan Fatahnya untuk menggantikan posisi Hamas di Gaza, juga bisa disebut gagal. Yang terjadi malah sebaliknya, dukungan rakyat Palestina dan dunia Islam kepada Hamas semakin menguat. Sementara Abbas malah semakin kehilangan pamor, karena hanya diam dan seolah menyetujui pembantaian rakyatnya sendiri di Gaza.
Sebuah polling yang dilakukan Pers TV menunjukkan bahwa mayoritas responden meyakini Israel tidak akan bisa menghancurkan Hamas. Dari 26.385 responden, 76 persen menyatakan Hamas akan mengalahkan Israel dalam perang darat. Selain itu, 35 persen responden menyatakan agresi brutal Israel ke Jalur Gaza, akan menyatukan umat Islam dan umat Islam akan memberikan bantuan pada rakyat Palestin
Perang biadab di Gaza ini juga malah membuat Israel semakin kehilangan posisi terhormat di dunia internasional. Israel kalah dari segi diplomasi dan opini internasional, meskipun tentu saja Israel tidak begitu peduli hal itu. Dunia internasional bagaimana negara Zionis ini melakukan pembunuh massal (genocide) yang sadih dengan korban kemungkinan bisa mencapai angka 2000 orang, sebagian besar diantaranya adalah anak-anak. Wajah Israel semakin tercoreng di mata dunia internasional terutama dari kalangan rakyat . Tentu saja berbeda dengan sikap pemerintah Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya tetap teguh membela Israel.
Dua negara Amerika latin penentang utama Amerika Serikat, Bolivia dan Veneuzela tidak hanya memutus hubungan dipolomatik dengan Israel tapi mengusir diplomat Israel dari negara itu. “Pengadilan Nurnberg akan menunggu Anda di masa datang untuk mengadili anda sebagai penjahat perang,” kata Duta Besar dari Venezuela, Julio Escalona, pada tanggal 7 Januari kepada orang-orang Israel. Tidak hanya itu Vatikan yang biasanya menahan diri mengecam Israel secara terbuka, kali ini bicara cukup keras dengan menyebut kondisi Gaza sekarang mirip kamp konsentrasi dimasa Nazi.
Demontrasi menentang kekejian Israel terjadi dimana-mana. Bukan hanya di dunia Islam tapi juga di Barat. Puluhan ribu orang turun di pusat-pusat kota di Eropa untuk menentang kebiadaban Israel. Sementara hampir seluruh dunia Islam marak terjadi demontrasi menentang kebiadaban Israel , sikap diam penguasa Islam dan Amerika Serikat yang tetap setia membela Israel.
Sejumlah wartawan dan komentator menunjukkan kritiknya secara terang-terangan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut: Profesor Avi Shlaim, menulis di The Guardian edisi 7 Jan 2009, dengan mengatakan bahwa Israel “telah menjadi sebuah negara preman (rogue state), yang dipimpin oleh sejumlah pemimpin yang sama sekali tidak bermoral.” Shlaim, yang merupakan mantan pejabat tentara Israel, melanjutkan penjelasan atas istilah yang dia pakai itu.
“Sebuah negara preman (rogue state) biasanya melanggar hukum internasional, memiliki senjata pemusnah masal dan melakukan praktek terorisme – menggunakan kekerasan terhadap warga sipil untuk tujuan politik. Israel memenuhi ketiga kriteria itu,” ujarnya.
Minggu, 18 Januari 2009
Menangis Lihat Film Palestina
Kerinduan warga Bangil untuk bisa menonton tragedi Palestina sedikit terobati. Kemarin malam, ribuan warga tumplek blek di pojok Alun-Alun Bangil sebelah barat. Mereka menyaksikan film berdurasi 1 jam dengan layar berukuran 2 x 2 meter.
Acara nonton bareng (nobar) yang digagas HTI Pasuruan ini benar-benar di luar dugaan. Malam minggu yang biasanya dijadikan warga Bangil untuk kongkow-kongkow di seputaran alun-alun berubah menjadi ajang nobar.
Para penonton dewasa, remaja hingga anak-anak memenuhi jalanan beraspal. Meski hujan rintik-rintik sempat mengguyur wilayah tersebut, warga tidak menghiraukan. Warga tetap ingin melihat film hasil kiriman HTI Malaysia dan downlood dari youtube itu hingga selesai.
Film itu awalnya menggambarkan sejarah runtuhnya Khilafah Turki Ustmani pada 1924 yang digulingkan oleh Mustofa Kemal Atatuk. Dari peristiwa sejarah inilah, Palestina kemudian diserahkan dengan kekuasaan Yahudi di bawah kolonialisasi Inggris.
Selanjutnya, film itu juga menceritakan krisis di Bosnia, India hingga negeri-negeri lain. Puncaknya, diputar serial tragedi Palestina di jalur Gaza oleh agresi Israel.
Meski sempat terpotong-potong, namun dari penayangan film ini sempat membuat warga meneteskan air mata. Terutama ketika beberapa anak berlumuran darah setelah terkena bom dan peluru tentara Israel. "Saya nggak tega ada anak yang mati terus dipanggul ayahnya masih berlumuran darah. Israel sungguh kejam," ujar Azizah, salah satu warga yang sempat menitikkan air mata.
Azizah tidak sendiri. Alwi dan Muhammad, dua siswa dari madrasah ibtidiyah ini juga sempat mengusap kedua matanya. Kelopak matanya masih terlihat sembab. "Saya menangis karena melihat banyak anak-anak yang mati. Kasihan mereka," cetus Alwi sambil mengusap kedua matanya.
Dewan pembina HTI Syamsuddin mengaku tidak menyangka akan antusiasme warga. "Mungkin warga sangat rindu untuk bisa menyaksikan film tragedi Palestina secara langsung. Biasanya kan kalau di TV itu hanya sepotong-sepotong. Lha, ini kita tayangkan sejak awal hingga akhir," cetus Syamsuddin.
Banyaknya warga yang menyemut di arteri jalan, membuat petugas Poslantas Bangil meminta warga untuk tidak membanjiri badan jalan. Petugas meminta agar kendaraan yang melintas tetap bisa berjalan tanpa gangguan. "Mohon warga untuk tidak mengganggu kendaraan yang melintas. Tolong sedikit merapat ke utara. Agar bisa menonton tayangan ini tanpa menganggu pengendara," ujar Muhlas, panitia nobar.
Acara nonton bareng (nobar) yang digagas HTI Pasuruan ini benar-benar di luar dugaan. Malam minggu yang biasanya dijadikan warga Bangil untuk kongkow-kongkow di seputaran alun-alun berubah menjadi ajang nobar.
Para penonton dewasa, remaja hingga anak-anak memenuhi jalanan beraspal. Meski hujan rintik-rintik sempat mengguyur wilayah tersebut, warga tidak menghiraukan. Warga tetap ingin melihat film hasil kiriman HTI Malaysia dan downlood dari youtube itu hingga selesai.
Film itu awalnya menggambarkan sejarah runtuhnya Khilafah Turki Ustmani pada 1924 yang digulingkan oleh Mustofa Kemal Atatuk. Dari peristiwa sejarah inilah, Palestina kemudian diserahkan dengan kekuasaan Yahudi di bawah kolonialisasi Inggris.
Selanjutnya, film itu juga menceritakan krisis di Bosnia, India hingga negeri-negeri lain. Puncaknya, diputar serial tragedi Palestina di jalur Gaza oleh agresi Israel.
Meski sempat terpotong-potong, namun dari penayangan film ini sempat membuat warga meneteskan air mata. Terutama ketika beberapa anak berlumuran darah setelah terkena bom dan peluru tentara Israel. "Saya nggak tega ada anak yang mati terus dipanggul ayahnya masih berlumuran darah. Israel sungguh kejam," ujar Azizah, salah satu warga yang sempat menitikkan air mata.
Azizah tidak sendiri. Alwi dan Muhammad, dua siswa dari madrasah ibtidiyah ini juga sempat mengusap kedua matanya. Kelopak matanya masih terlihat sembab. "Saya menangis karena melihat banyak anak-anak yang mati. Kasihan mereka," cetus Alwi sambil mengusap kedua matanya.
Dewan pembina HTI Syamsuddin mengaku tidak menyangka akan antusiasme warga. "Mungkin warga sangat rindu untuk bisa menyaksikan film tragedi Palestina secara langsung. Biasanya kan kalau di TV itu hanya sepotong-sepotong. Lha, ini kita tayangkan sejak awal hingga akhir," cetus Syamsuddin.
Banyaknya warga yang menyemut di arteri jalan, membuat petugas Poslantas Bangil meminta warga untuk tidak membanjiri badan jalan. Petugas meminta agar kendaraan yang melintas tetap bisa berjalan tanpa gangguan. "Mohon warga untuk tidak mengganggu kendaraan yang melintas. Tolong sedikit merapat ke utara. Agar bisa menonton tayangan ini tanpa menganggu pengendara," ujar Muhlas, panitia nobar.
Jumat, 16 Januari 2009
Israel Laknatullah Ingin Segera Keluar Dari Gaza
Israel tak ingin berperang lebih lama di Gaza. Militer Israel sudah merasakan pahitnya perang. Menghadapi para pejuang Palestina, yang terus bertahan menghadapi serangan missil dari udara, darat dan laut. Sebagian militer Israel sudah kehilangan disiplin. (Yerusalem Post, 15/1/2009). Diantara anggota tentara Israel sudah ada yang melakukan desersi. Mereka tak sanggup menghadapi perang di Gaza, dan harus membunuhi orang-orang sipil, anak-anak, wanita dan orang tua.
Dalam pertemuannya ‘Trioka’ (Perdana Menteri Olmer, Menlu Tzipi Livni, dan Menhan Ehud Barak), mendiskusikan, bagaimana caranya melakukan ‘exit’ (keluar) dari Gaza? ‘Trioka’ itu menyetujui mengirim Deputi Menhan Israel, Amos Gilad, ke Cairo, bertemu dengan sejumlah pejabat di Cairo, menyusun formulasi ‘perdamaian’, agar Israel segera dapat keluar dari Gaza. Israel, nampaknya menyetujui formula yang dibuat Mesir, dan ‘gencatan senjata’ itu, yaitu dimulai dengan Hamas menyerahkan Kopral Gilad Shalid ke Mesir, sebagai pra kondisi bagi terciptanya perundingan gencatan senjata. Namun, fihak Hamas belum sepenuhnya menerima formula yang dibuat Mesir. Meskipun, nampaknya telah diklaim bahwa, wakil Hamas Dr.Bardawel, dapat menyetujui isi formula gencatan senjata.
Menteri Pertahanan Ehud Barak telah membeberkan rencana gencatan senjata kepada Olmert dan Tzipi, sebaliknya Olmert dan Tzipi, ingin perang dilanjutkan sampai tujuan perang itu tercapai. Olmert, nampaknya percaya, tujuan perang akan dapat terwujud. Olmert mendapatkan dukungan dari Kepala Shin Bet (Dinas Keamanan Dalam Negeri Israel), Yuval Diskin, dan Kepala Mossad, Meir Dagan. Sedangkan, Menhan Ehud Barak, menyatakan bahwa tujuan perang sudah tercapai. Silang pendapat antara ‘Trioka’, menimbulkan ketidakpastian di Israel, hal ini akan terjadi seperti ketika perang di Lebanon. Para pemimpin politik dan militer Israel tidak mencapai kesepakatan dalam mengambil keputusan perang.
Nampaknya, ‘Trioka’ (Olmert, Tzipi Livni, Ehud Barat), masih menunggu kepastian tentang nasib Kopral Gilad Shalid dari pejabat intelijen Mesir, sebelum mengambil keputusan. Di sisi lain, Menlu Israel, Tzipi Livni melakukan negosiasi dengan Deputi Menlu AS, Ahahron Abramowitz, yang bertujuan mencapai kerjasama Israel-AS, menangani penyeludupan senjata dari perbatasan Mesir ke Gaza. Tzipi memaksa kepada Ahahron agar perjanjian antara Israel-AS dapat ditandatangani sebelum Condoleeza Rice meninggalkan Deparlu AS.
Ada keinginan kuat yang menjadi tujuan gencatan senjata bagi Israel, yang diakomodasi Mesir dalam formula gencatan senjata itu, pertama Hamas harus melucuti senjatanya, ini sebagai rencana menciptakan keamanan Israel. Kedua, kerjasama militer antara Israel, Mesir, Amerika, dan Otoritas Paelstina (PA), guna menghentikan penyelundupan senjata, baik lewat darat atau laut. Sehingga, tidak ada lagi ancaman keamanan bagi Zionis-Israel. Ketiga, mengembalikan Otoritas Palestina (PA),yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas, mengambil alih pemerintahan di Gaza. Gaza tidak lagi dibawah kontrol Hamas.
Para pemimpin Israel memberikan perhatian penuh tentang adanya penyelundupan senjata, yang mereka anggap sebagai ancaman yang sangat serius bagi keamanan Israel. Selama ini, memang belum termasuk menjadi prioritas utama Israel, terkait dengan penyelundupan senjata dari Mesir. Meskpun, selama ini Mesir menutup rapat-rapat perbatasannya.
Israel juga sudah melobby para pejabat Keamanan AS, termasuk dengan Menhan AS, yang baru Robert Gate, untuk mendapatkan jaminan keamanan dari AS, khususnya berkaitan dengan penyelundupan senjata dari Mesir ke Gaza. Para pejabat Israel, melalui Menlu Tzipi Livni, meminta komitment Menhan AS, Robert Gate, dan Menlu AS yang baru, Hallary Clilnton, agar kerjasama dibidang intelijen dan militer, guna mengakhiri penyeludupan senjata, dan dapat digunakan para ‘teroris’, yang mengancam keamanan Israel menjadi sebuah keputusan politik antara Israel-AS.
Kemungkinan perang belum segera berakhir. Kemampuan militer Israel dalam perang di Gaza akan diuji. Israel menurut Menhan Ehud Barak, tujuan perang yang dilakukan Israel sudah tercapai. Yaitu mereduksi kekuatan militer Hamas, dan menghancurkan seluruh infrastrukturnya. Tapi, sampai hari ini belum ada tanda-tanda bahwa para pejuang Hamas mengerek bendera ‘putih’. Sekarang, kekuatan-kekuatan yang terlibat dalam perang di Gaza sedang berhitung, termasuk Israel ingin melakukan ‘exit’ (keluar) dari Gaza, dan menunggu momentum, yang mereka inginkan. Para pemimpin Zionis-Israel sedang berjudi dengan nasib dan masa depan mereka.
Adakah mereka akan berhasil keluar dari Gaza, dan tanpa harus kehilangan muka, serta acaman akan eksistensi mereka sebagai sebuah entitas politik di masas depan? Kehancuran di Gaza yang massif, dan korban yang jumlahnya sangat besar, menyebabkan rejim Zionis-Israel telah menjadi musuh seluruh umat manusia. Jika, Israel memenangkan perang di Gaza, tapi sejatinya Israel telah kalah, akibat kejahatan yang mereka ciptakan sendiri.
Rabu, 14 Januari 2009
Setelah Dibunuh, Teroris Israel itu Membiarkan Anjing Memakannya, Biadab!
“Ya Allah, aku tidak pernah melihat pemandangan yang mengerikan seperti ini,” jerit Kayed Abu Aukal. Doktor emergency itu tak percaya dan tak tahu lagi kata-kata apalagi yang bisa diungkapkan untuk menggambarkan kekejian Israel. Dia tak percaya, dirinya sendiri telah melihat beberapa hari sekembalinya untuk melihat Jenazah balita Shahd. Tubuh anak kecil perempuan yang berumur 4 tahun itu terkoyak-koyak dimakan anjing-anjing Israel.
Shahd tewas dan telah menjadi syuhada cilik ketika peluru kendali Israel ditembakkan ke belakang rumahnya di Kamp Pengungsian Jabaliya sebelah Utara Jalur Gaza. Saat itu, gadis cilik yang lucu tersebut tengah bermain.
Orangtua Shahd mencoba menyelamatkan putri kesayangannya yang telah bersimbah darah itu. Ketika ia mencoba mengambil jasad Shahd, pasukan teroris Israel menghujaninya dengan tembakan dari kejauhan.
Selama lima hari berkutnya jasad gadis balita itu telah terkoyak-koyak dirobek anjing yang dilepaskan oleh tentara Israel. “Anjing-anjing itu tidak menyisakan satu bagian pun dari tubuh anak kecil itu,” kata Abu Aukal.
“Kami telah melihat pemandangan yang menyayat hati selama 18 hari ini. Kami telah mengambil jasad anak-anak yang tubuhnya robek atau terbakar, tetapi belum pernah kami melihat hal seperti ini,” katanya lagi.
Melihat jenazah adik perempuannya yang masih balita menjadi santapan anjing-anjing tentara Israel, saudara laki-laki Shahd bernama Matar dan sepupunya bernama Muhammad, nekad mendekati jenazah Shahd. Keduanya pun dihujani peluru Israel sebelum keduanya dapat mencapai tubuh Shahd. Matar dan Muhammad pun menjadi syuhada, menambah daftar warga palestina yang syahid yang hingga hari ini telah mencapai 1.001 orang syahid sejak pembantaian 27 Desember lalu.
Sengaja
Omran Zayda, seorang tetangga Shahd, mengatakan, orang Israel mengetahui apa yang mereka lakukan itu. “Mereka memburu keluarga Shahd dan mencegahnya untuk sampai ke tubuh Shahd, dan mereka tahu bahwa anjing-anjing itu akan memakannya,” kata Zayda.
“Mereka tidak hanya membunuh anak-anak kami, mereka sengaja melakukannya dengan cara yang paling kejam dan biadab,” Zayda mengatakan kata-katanya, bahkan kamera, tidak dapat menggambarkan pemandangan yang mengerikan itu.
“Kalian tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan oleh anjing-anjing itu terhadap tubuh Shahd yang tak berdosa itu,” katanya sambil terisak-isak tak tahan mencucurkan air matanya.
Sejumlah warga palestina mengungkapkan, apa yang menimpa Shahd bukanlah yang pertama. Banyak warga mereka mengalami hal yang sama dengan Shahd. Di Jabaliya, saat keluarga Abd Rabbu sedang memakamkan tiga anggota keluarganya yang telah syahid, pasukan biadab Israel menembaki mereka, kata saksi mata.
Orang-orang pun berlarian mencari perlindungan dari tembakan brutal itu. Tentara-tentara Israel kemudian melepaskan anjing-anjingnya ke arah jenazah anggota keluarga Abdu Rabbu yang belum sempat dimakamkan itu. “Apa yang terjadi kemudian sangat mengerikan dan tidak bisa dibayangkan,” kata Saad Abd Rabu, pamanya.
“Anak-anak kami tewas di depan mata kami dan kami dicegah untuk memakamkannya. Orang-orang Israel hanya melepaskan anjing-anjing mereka ke arah jenazah itu, bahkan seakan-akan mereka tidak cukup dengan kekejaman yang telah mereka lakukan itu,” jeritnya.
Biadab
Benar-benar biadab apa yang telah dilakukan oleh teroris Israel itu. Di tengah-tengah diamnya para tentara-tentara negeri-negeri Muslim, dengan leluasa penjajah Israel melakukan kebiadabannya. Bahkan kekejian di atas benar-benar biadab. Hingga hari ini para penguasa negeri-negeri Muslim masih diam bahkan bersekongkol dengan membiarkan pembantaan terus terjadi.
Media dunia yang dikuasai Israel, menggiring opini seolah-olah tindakan Israel itu wajar. Padahal, lihatlah betap kekejaman mereka lebih dari serangan teroris yang tak beradab. Bohong, jika teroris Israel itu hanya memburu Hamas. Yang terjadi adalah tindakan brutal dan biadab terhadap warga sipil yang kebanyakan mereka anak-anak kecil dan perempuan. Tak puas hanya membunuh warga Gaza, teroris Israel itu juga melepaskan anjing-anjingnya untuk memakan jenazah syuhada Gaza. Biadab!
Sampai kapan kebiadaban Israel ini terhenti? Lalu di manakah para pelindung anak-anak Palestina? Dimanakah tentara-tentara Muslim yang akan menyelamatkan anak-anak Gaza itu? Di manakah tentara-tetara negeri Islam yang akan menyelamatkan ayah dan ibu mereka? Di manakah Amir umat ini?
Sungguh hanya orang yang biadab saja, yang membiarkan Israel membantai Gaza. Lalu mereka menyibukkan diri dengan perundingan sementara mereka memiliki pasukan dan perlengkapan perang. Mereka enggan untuk menyelamatkan Gaza dengan mengerahkan pasukan yang akan menghancurkan penjajah Israel itu! Nasionalisme dan cengkraman PBB telah membuat mereka diam.
Benar, hanya Khilafah saja yang akan menjaga dan melindungi kehormatan kaum Muslim. Tidak seperti hari ini, ketika Khilafah tidak ada, negeri-negeri kaum Muslim telah disekat oleh batas semu nasionalisme. Sementara para penguasanya enggan untuk mengerahkan tentara mereka menyelamatkan anak-anak Gaza. Sampai kapan?
Shahd tewas dan telah menjadi syuhada cilik ketika peluru kendali Israel ditembakkan ke belakang rumahnya di Kamp Pengungsian Jabaliya sebelah Utara Jalur Gaza. Saat itu, gadis cilik yang lucu tersebut tengah bermain.
Orangtua Shahd mencoba menyelamatkan putri kesayangannya yang telah bersimbah darah itu. Ketika ia mencoba mengambil jasad Shahd, pasukan teroris Israel menghujaninya dengan tembakan dari kejauhan.
Selama lima hari berkutnya jasad gadis balita itu telah terkoyak-koyak dirobek anjing yang dilepaskan oleh tentara Israel. “Anjing-anjing itu tidak menyisakan satu bagian pun dari tubuh anak kecil itu,” kata Abu Aukal.
“Kami telah melihat pemandangan yang menyayat hati selama 18 hari ini. Kami telah mengambil jasad anak-anak yang tubuhnya robek atau terbakar, tetapi belum pernah kami melihat hal seperti ini,” katanya lagi.
Melihat jenazah adik perempuannya yang masih balita menjadi santapan anjing-anjing tentara Israel, saudara laki-laki Shahd bernama Matar dan sepupunya bernama Muhammad, nekad mendekati jenazah Shahd. Keduanya pun dihujani peluru Israel sebelum keduanya dapat mencapai tubuh Shahd. Matar dan Muhammad pun menjadi syuhada, menambah daftar warga palestina yang syahid yang hingga hari ini telah mencapai 1.001 orang syahid sejak pembantaian 27 Desember lalu.
Sengaja
Omran Zayda, seorang tetangga Shahd, mengatakan, orang Israel mengetahui apa yang mereka lakukan itu. “Mereka memburu keluarga Shahd dan mencegahnya untuk sampai ke tubuh Shahd, dan mereka tahu bahwa anjing-anjing itu akan memakannya,” kata Zayda.
“Mereka tidak hanya membunuh anak-anak kami, mereka sengaja melakukannya dengan cara yang paling kejam dan biadab,” Zayda mengatakan kata-katanya, bahkan kamera, tidak dapat menggambarkan pemandangan yang mengerikan itu.
“Kalian tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan oleh anjing-anjing itu terhadap tubuh Shahd yang tak berdosa itu,” katanya sambil terisak-isak tak tahan mencucurkan air matanya.
Sejumlah warga palestina mengungkapkan, apa yang menimpa Shahd bukanlah yang pertama. Banyak warga mereka mengalami hal yang sama dengan Shahd. Di Jabaliya, saat keluarga Abd Rabbu sedang memakamkan tiga anggota keluarganya yang telah syahid, pasukan biadab Israel menembaki mereka, kata saksi mata.
Orang-orang pun berlarian mencari perlindungan dari tembakan brutal itu. Tentara-tentara Israel kemudian melepaskan anjing-anjingnya ke arah jenazah anggota keluarga Abdu Rabbu yang belum sempat dimakamkan itu. “Apa yang terjadi kemudian sangat mengerikan dan tidak bisa dibayangkan,” kata Saad Abd Rabu, pamanya.
“Anak-anak kami tewas di depan mata kami dan kami dicegah untuk memakamkannya. Orang-orang Israel hanya melepaskan anjing-anjing mereka ke arah jenazah itu, bahkan seakan-akan mereka tidak cukup dengan kekejaman yang telah mereka lakukan itu,” jeritnya.
Biadab
Benar-benar biadab apa yang telah dilakukan oleh teroris Israel itu. Di tengah-tengah diamnya para tentara-tentara negeri-negeri Muslim, dengan leluasa penjajah Israel melakukan kebiadabannya. Bahkan kekejian di atas benar-benar biadab. Hingga hari ini para penguasa negeri-negeri Muslim masih diam bahkan bersekongkol dengan membiarkan pembantaan terus terjadi.
Media dunia yang dikuasai Israel, menggiring opini seolah-olah tindakan Israel itu wajar. Padahal, lihatlah betap kekejaman mereka lebih dari serangan teroris yang tak beradab. Bohong, jika teroris Israel itu hanya memburu Hamas. Yang terjadi adalah tindakan brutal dan biadab terhadap warga sipil yang kebanyakan mereka anak-anak kecil dan perempuan. Tak puas hanya membunuh warga Gaza, teroris Israel itu juga melepaskan anjing-anjingnya untuk memakan jenazah syuhada Gaza. Biadab!
Sampai kapan kebiadaban Israel ini terhenti? Lalu di manakah para pelindung anak-anak Palestina? Dimanakah tentara-tentara Muslim yang akan menyelamatkan anak-anak Gaza itu? Di manakah tentara-tetara negeri Islam yang akan menyelamatkan ayah dan ibu mereka? Di manakah Amir umat ini?
Sungguh hanya orang yang biadab saja, yang membiarkan Israel membantai Gaza. Lalu mereka menyibukkan diri dengan perundingan sementara mereka memiliki pasukan dan perlengkapan perang. Mereka enggan untuk menyelamatkan Gaza dengan mengerahkan pasukan yang akan menghancurkan penjajah Israel itu! Nasionalisme dan cengkraman PBB telah membuat mereka diam.
Benar, hanya Khilafah saja yang akan menjaga dan melindungi kehormatan kaum Muslim. Tidak seperti hari ini, ketika Khilafah tidak ada, negeri-negeri kaum Muslim telah disekat oleh batas semu nasionalisme. Sementara para penguasanya enggan untuk mengerahkan tentara mereka menyelamatkan anak-anak Gaza. Sampai kapan?
Setelah Dibunuh, Teroris Israel itu Membiarkan Anjing Memakannya, Biadab!
“Ya Allah, aku tidak pernah melihat pemandangan yang mengerikan seperti ini,” jerit Kayed Abu Aukal. Doktor emergency itu tak percaya dan tak tahu lagi kata-kata apalagi yang bisa diungkapkan untuk menggambarkan kekejian Israel. Dia tak percaya, dirinya sendiri telah melihat beberapa hari sekembalinya untuk melihat Jenazah balita Shahd. Tubuh anak kecil perempuan yang berumur 4 tahun itu terkoyak-koyak dimakan anjing-anjing Israel.
Shahd tewas dan telah menjadi syuhada cilik ketika peluru kendali Israel ditembakkan ke belakang rumahnya di Kamp Pengungsian Jabaliya sebelah Utara Jalur Gaza. Saat itu, gadis cilik yang lucu tersebut tengah bermain.
Orangtua Shahd mencoba menyelamatkan putri kesayangannya yang telah bersimbah darah itu. Ketika ia mencoba mengambil jasad Shahd, pasukan teroris Israel menghujaninya dengan tembakan dari kejauhan.
Selama lima hari berkutnya jasad gadis balita itu telah terkoyak-koyak dirobek anjing yang dilepaskan oleh tentara Israel. “Anjing-anjing itu tidak menyisakan satu bagian pun dari tubuh anak kecil itu,” kata Abu Aukal.
“Kami telah melihat pemandangan yang menyayat hati selama 18 hari ini. Kami telah mengambil jasad anak-anak yang tubuhnya robek atau terbakar, tetapi belum pernah kami melihat hal seperti ini,” katanya lagi.
Melihat jenazah adik perempuannya yang masih balita menjadi santapan anjing-anjing tentara Israel, saudara laki-laki Shahd bernama Matar dan sepupunya bernama Muhammad, nekad mendekati jenazah Shahd. Keduanya pun dihujani peluru Israel sebelum keduanya dapat mencapai tubuh Shahd. Matar dan Muhammad pun menjadi syuhada, menambah daftar warga palestina yang syahid yang hingga hari ini telah mencapai 1.001 orang syahid sejak pembantaian 27 Desember lalu.
Sengaja
Omran Zayda, seorang tetangga Shahd, mengatakan, orang Israel mengetahui apa yang mereka lakukan itu. “Mereka memburu keluarga Shahd dan mencegahnya untuk sampai ke tubuh Shahd, dan mereka tahu bahwa anjing-anjing itu akan memakannya,” kata Zayda.
“Mereka tidak hanya membunuh anak-anak kami, mereka sengaja melakukannya dengan cara yang paling kejam dan biadab,” Zayda mengatakan kata-katanya, bahkan kamera, tidak dapat menggambarkan pemandangan yang mengerikan itu.
“Kalian tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan oleh anjing-anjing itu terhadap tubuh Shahd yang tak berdosa itu,” katanya sambil terisak-isak tak tahan mencucurkan air matanya.
Sejumlah warga palestina mengungkapkan, apa yang menimpa Shahd bukanlah yang pertama. Banyak warga mereka mengalami hal yang sama dengan Shahd. Di Jabaliya, saat keluarga Abd Rabbu sedang memakamkan tiga anggota keluarganya yang telah syahid, pasukan biadab Israel menembaki mereka, kata saksi mata.
Orang-orang pun berlarian mencari perlindungan dari tembakan brutal itu. Tentara-tentara Israel kemudian melepaskan anjing-anjingnya ke arah jenazah anggota keluarga Abdu Rabbu yang belum sempat dimakamkan itu. “Apa yang terjadi kemudian sangat mengerikan dan tidak bisa dibayangkan,” kata Saad Abd Rabu, pamanya.
“Anak-anak kami tewas di depan mata kami dan kami dicegah untuk memakamkannya. Orang-orang Israel hanya melepaskan anjing-anjing mereka ke arah jenazah itu, bahkan seakan-akan mereka tidak cukup dengan kekejaman yang telah mereka lakukan itu,” jeritnya.
Biadab
Benar-benar biadab apa yang telah dilakukan oleh teroris Israel itu. Di tengah-tengah diamnya para tentara-tentara negeri-negeri Muslim, dengan leluasa penjajah Israel melakukan kebiadabannya. Bahkan kekejian di atas benar-benar biadab. Hingga hari ini para penguasa negeri-negeri Muslim masih diam bahkan bersekongkol dengan membiarkan pembantaan terus terjadi.
Media dunia yang dikuasai Israel, menggiring opini seolah-olah tindakan Israel itu wajar. Padahal, lihatlah betap kekejaman mereka lebih dari serangan teroris yang tak beradab. Bohong, jika teroris Israel itu hanya memburu Hamas. Yang terjadi adalah tindakan brutal dan biadab terhadap warga sipil yang kebanyakan mereka anak-anak kecil dan perempuan. Tak puas hanya membunuh warga Gaza, teroris Israel itu juga melepaskan anjing-anjingnya untuk memakan jenazah syuhada Gaza. Biadab!
Sampai kapan kebiadaban Israel ini terhenti? Lalu di manakah para pelindung anak-anak Palestina? Dimanakah tentara-tentara Muslim yang akan menyelamatkan anak-anak Gaza itu? Di manakah tentara-tetara negeri Islam yang akan menyelamatkan ayah dan ibu mereka? Di manakah Amir umat ini?
Sungguh hanya orang yang biadab saja, yang membiarkan Israel membantai Gaza. Lalu mereka menyibukkan diri dengan perundingan sementara mereka memiliki pasukan dan perlengkapan perang. Mereka enggan untuk menyelamatkan Gaza dengan mengerahkan pasukan yang akan menghancurkan penjajah Israel itu! Nasionalisme dan cengkraman PBB telah membuat mereka diam.
Benar, hanya Khilafah saja yang akan menjaga dan melindungi kehormatan kaum Muslim. Tidak seperti hari ini, ketika Khilafah tidak ada, negeri-negeri kaum Muslim telah disekat oleh batas semu nasionalisme. Sementara para penguasanya enggan untuk mengerahkan tentara mereka menyelamatkan anak-anak Gaza. Sampai kapan?
Shahd tewas dan telah menjadi syuhada cilik ketika peluru kendali Israel ditembakkan ke belakang rumahnya di Kamp Pengungsian Jabaliya sebelah Utara Jalur Gaza. Saat itu, gadis cilik yang lucu tersebut tengah bermain.
Orangtua Shahd mencoba menyelamatkan putri kesayangannya yang telah bersimbah darah itu. Ketika ia mencoba mengambil jasad Shahd, pasukan teroris Israel menghujaninya dengan tembakan dari kejauhan.
Selama lima hari berkutnya jasad gadis balita itu telah terkoyak-koyak dirobek anjing yang dilepaskan oleh tentara Israel. “Anjing-anjing itu tidak menyisakan satu bagian pun dari tubuh anak kecil itu,” kata Abu Aukal.
“Kami telah melihat pemandangan yang menyayat hati selama 18 hari ini. Kami telah mengambil jasad anak-anak yang tubuhnya robek atau terbakar, tetapi belum pernah kami melihat hal seperti ini,” katanya lagi.
Melihat jenazah adik perempuannya yang masih balita menjadi santapan anjing-anjing tentara Israel, saudara laki-laki Shahd bernama Matar dan sepupunya bernama Muhammad, nekad mendekati jenazah Shahd. Keduanya pun dihujani peluru Israel sebelum keduanya dapat mencapai tubuh Shahd. Matar dan Muhammad pun menjadi syuhada, menambah daftar warga palestina yang syahid yang hingga hari ini telah mencapai 1.001 orang syahid sejak pembantaian 27 Desember lalu.
Sengaja
Omran Zayda, seorang tetangga Shahd, mengatakan, orang Israel mengetahui apa yang mereka lakukan itu. “Mereka memburu keluarga Shahd dan mencegahnya untuk sampai ke tubuh Shahd, dan mereka tahu bahwa anjing-anjing itu akan memakannya,” kata Zayda.
“Mereka tidak hanya membunuh anak-anak kami, mereka sengaja melakukannya dengan cara yang paling kejam dan biadab,” Zayda mengatakan kata-katanya, bahkan kamera, tidak dapat menggambarkan pemandangan yang mengerikan itu.
“Kalian tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan oleh anjing-anjing itu terhadap tubuh Shahd yang tak berdosa itu,” katanya sambil terisak-isak tak tahan mencucurkan air matanya.
Sejumlah warga palestina mengungkapkan, apa yang menimpa Shahd bukanlah yang pertama. Banyak warga mereka mengalami hal yang sama dengan Shahd. Di Jabaliya, saat keluarga Abd Rabbu sedang memakamkan tiga anggota keluarganya yang telah syahid, pasukan biadab Israel menembaki mereka, kata saksi mata.
Orang-orang pun berlarian mencari perlindungan dari tembakan brutal itu. Tentara-tentara Israel kemudian melepaskan anjing-anjingnya ke arah jenazah anggota keluarga Abdu Rabbu yang belum sempat dimakamkan itu. “Apa yang terjadi kemudian sangat mengerikan dan tidak bisa dibayangkan,” kata Saad Abd Rabu, pamanya.
“Anak-anak kami tewas di depan mata kami dan kami dicegah untuk memakamkannya. Orang-orang Israel hanya melepaskan anjing-anjing mereka ke arah jenazah itu, bahkan seakan-akan mereka tidak cukup dengan kekejaman yang telah mereka lakukan itu,” jeritnya.
Biadab
Benar-benar biadab apa yang telah dilakukan oleh teroris Israel itu. Di tengah-tengah diamnya para tentara-tentara negeri-negeri Muslim, dengan leluasa penjajah Israel melakukan kebiadabannya. Bahkan kekejian di atas benar-benar biadab. Hingga hari ini para penguasa negeri-negeri Muslim masih diam bahkan bersekongkol dengan membiarkan pembantaan terus terjadi.
Media dunia yang dikuasai Israel, menggiring opini seolah-olah tindakan Israel itu wajar. Padahal, lihatlah betap kekejaman mereka lebih dari serangan teroris yang tak beradab. Bohong, jika teroris Israel itu hanya memburu Hamas. Yang terjadi adalah tindakan brutal dan biadab terhadap warga sipil yang kebanyakan mereka anak-anak kecil dan perempuan. Tak puas hanya membunuh warga Gaza, teroris Israel itu juga melepaskan anjing-anjingnya untuk memakan jenazah syuhada Gaza. Biadab!
Sampai kapan kebiadaban Israel ini terhenti? Lalu di manakah para pelindung anak-anak Palestina? Dimanakah tentara-tentara Muslim yang akan menyelamatkan anak-anak Gaza itu? Di manakah tentara-tetara negeri Islam yang akan menyelamatkan ayah dan ibu mereka? Di manakah Amir umat ini?
Sungguh hanya orang yang biadab saja, yang membiarkan Israel membantai Gaza. Lalu mereka menyibukkan diri dengan perundingan sementara mereka memiliki pasukan dan perlengkapan perang. Mereka enggan untuk menyelamatkan Gaza dengan mengerahkan pasukan yang akan menghancurkan penjajah Israel itu! Nasionalisme dan cengkraman PBB telah membuat mereka diam.
Benar, hanya Khilafah saja yang akan menjaga dan melindungi kehormatan kaum Muslim. Tidak seperti hari ini, ketika Khilafah tidak ada, negeri-negeri kaum Muslim telah disekat oleh batas semu nasionalisme. Sementara para penguasanya enggan untuk mengerahkan tentara mereka menyelamatkan anak-anak Gaza. Sampai kapan?
Setelah Dibunuh, Teroris Israel itu Membiarkan Anjing Memakannya, Biadab!
“Ya Allah, aku tidak pernah melihat pemandangan yang mengerikan seperti ini,” jerit Kayed Abu Aukal. Doktor emergency itu tak percaya dan tak tahu lagi kata-kata apalagi yang bisa diungkapkan untuk menggambarkan kekejian Israel. Dia tak percaya, dirinya sendiri telah melihat beberapa hari sekembalinya untuk melihat Jenazah balita Shahd. Tubuh anak kecil perempuan yang berumur 4 tahun itu terkoyak-koyak dimakan anjing-anjing Israel.
Shahd tewas dan telah menjadi syuhada cilik ketika peluru kendali Israel ditembakkan ke belakang rumahnya di Kamp Pengungsian Jabaliya sebelah Utara Jalur Gaza. Saat itu, gadis cilik yang lucu tersebut tengah bermain.
Orangtua Shahd mencoba menyelamatkan putri kesayangannya yang telah bersimbah darah itu. Ketika ia mencoba mengambil jasad Shahd, pasukan teroris Israel menghujaninya dengan tembakan dari kejauhan.
Selama lima hari berkutnya jasad gadis balita itu telah terkoyak-koyak dirobek anjing yang dilepaskan oleh tentara Israel. “Anjing-anjing itu tidak menyisakan satu bagian pun dari tubuh anak kecil itu,” kata Abu Aukal.
“Kami telah melihat pemandangan yang menyayat hati selama 18 hari ini. Kami telah mengambil jasad anak-anak yang tubuhnya robek atau terbakar, tetapi belum pernah kami melihat hal seperti ini,” katanya lagi.
Melihat jenazah adik perempuannya yang masih balita menjadi santapan anjing-anjing tentara Israel, saudara laki-laki Shahd bernama Matar dan sepupunya bernama Muhammad, nekad mendekati jenazah Shahd. Keduanya pun dihujani peluru Israel sebelum keduanya dapat mencapai tubuh Shahd. Matar dan Muhammad pun menjadi syuhada, menambah daftar warga palestina yang syahid yang hingga hari ini telah mencapai 1.001 orang syahid sejak pembantaian 27 Desember lalu.
Sengaja
Omran Zayda, seorang tetangga Shahd, mengatakan, orang Israel mengetahui apa yang mereka lakukan itu. “Mereka memburu keluarga Shahd dan mencegahnya untuk sampai ke tubuh Shahd, dan mereka tahu bahwa anjing-anjing itu akan memakannya,” kata Zayda.
“Mereka tidak hanya membunuh anak-anak kami, mereka sengaja melakukannya dengan cara yang paling kejam dan biadab,” Zayda mengatakan kata-katanya, bahkan kamera, tidak dapat menggambarkan pemandangan yang mengerikan itu.
“Kalian tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan oleh anjing-anjing itu terhadap tubuh Shahd yang tak berdosa itu,” katanya sambil terisak-isak tak tahan mencucurkan air matanya.
Sejumlah warga palestina mengungkapkan, apa yang menimpa Shahd bukanlah yang pertama. Banyak warga mereka mengalami hal yang sama dengan Shahd. Di Jabaliya, saat keluarga Abd Rabbu sedang memakamkan tiga anggota keluarganya yang telah syahid, pasukan biadab Israel menembaki mereka, kata saksi mata.
Orang-orang pun berlarian mencari perlindungan dari tembakan brutal itu. Tentara-tentara Israel kemudian melepaskan anjing-anjingnya ke arah jenazah anggota keluarga Abdu Rabbu yang belum sempat dimakamkan itu. “Apa yang terjadi kemudian sangat mengerikan dan tidak bisa dibayangkan,” kata Saad Abd Rabu, pamanya.
“Anak-anak kami tewas di depan mata kami dan kami dicegah untuk memakamkannya. Orang-orang Israel hanya melepaskan anjing-anjing mereka ke arah jenazah itu, bahkan seakan-akan mereka tidak cukup dengan kekejaman yang telah mereka lakukan itu,” jeritnya.
Biadab
Benar-benar biadab apa yang telah dilakukan oleh teroris Israel itu. Di tengah-tengah diamnya para tentara-tentara negeri-negeri Muslim, dengan leluasa penjajah Israel melakukan kebiadabannya. Bahkan kekejian di atas benar-benar biadab. Hingga hari ini para penguasa negeri-negeri Muslim masih diam bahkan bersekongkol dengan membiarkan pembantaan terus terjadi.
Media dunia yang dikuasai Israel, menggiring opini seolah-olah tindakan Israel itu wajar. Padahal, lihatlah betap kekejaman mereka lebih dari serangan teroris yang tak beradab. Bohong, jika teroris Israel itu hanya memburu Hamas. Yang terjadi adalah tindakan brutal dan biadab terhadap warga sipil yang kebanyakan mereka anak-anak kecil dan perempuan. Tak puas hanya membunuh warga Gaza, teroris Israel itu juga melepaskan anjing-anjingnya untuk memakan jenazah syuhada Gaza. Biadab!
Sampai kapan kebiadaban Israel ini terhenti? Lalu di manakah para pelindung anak-anak Palestina? Dimanakah tentara-tentara Muslim yang akan menyelamatkan anak-anak Gaza itu? Di manakah tentara-tetara negeri Islam yang akan menyelamatkan ayah dan ibu mereka? Di manakah Amir umat ini?
Sungguh hanya orang yang biadab saja, yang membiarkan Israel membantai Gaza. Lalu mereka menyibukkan diri dengan perundingan sementara mereka memiliki pasukan dan perlengkapan perang. Mereka enggan untuk menyelamatkan Gaza dengan mengerahkan pasukan yang akan menghancurkan penjajah Israel itu! Nasionalisme dan cengkraman PBB telah membuat mereka diam.
Benar, hanya Khilafah saja yang akan menjaga dan melindungi kehormatan kaum Muslim. Tidak seperti hari ini, ketika Khilafah tidak ada, negeri-negeri kaum Muslim telah disekat oleh batas semu nasionalisme. Sementara para penguasanya enggan untuk mengerahkan tentara mereka menyelamatkan anak-anak Gaza. Sampai kapan?
Shahd tewas dan telah menjadi syuhada cilik ketika peluru kendali Israel ditembakkan ke belakang rumahnya di Kamp Pengungsian Jabaliya sebelah Utara Jalur Gaza. Saat itu, gadis cilik yang lucu tersebut tengah bermain.
Orangtua Shahd mencoba menyelamatkan putri kesayangannya yang telah bersimbah darah itu. Ketika ia mencoba mengambil jasad Shahd, pasukan teroris Israel menghujaninya dengan tembakan dari kejauhan.
Selama lima hari berkutnya jasad gadis balita itu telah terkoyak-koyak dirobek anjing yang dilepaskan oleh tentara Israel. “Anjing-anjing itu tidak menyisakan satu bagian pun dari tubuh anak kecil itu,” kata Abu Aukal.
“Kami telah melihat pemandangan yang menyayat hati selama 18 hari ini. Kami telah mengambil jasad anak-anak yang tubuhnya robek atau terbakar, tetapi belum pernah kami melihat hal seperti ini,” katanya lagi.
Melihat jenazah adik perempuannya yang masih balita menjadi santapan anjing-anjing tentara Israel, saudara laki-laki Shahd bernama Matar dan sepupunya bernama Muhammad, nekad mendekati jenazah Shahd. Keduanya pun dihujani peluru Israel sebelum keduanya dapat mencapai tubuh Shahd. Matar dan Muhammad pun menjadi syuhada, menambah daftar warga palestina yang syahid yang hingga hari ini telah mencapai 1.001 orang syahid sejak pembantaian 27 Desember lalu.
Sengaja
Omran Zayda, seorang tetangga Shahd, mengatakan, orang Israel mengetahui apa yang mereka lakukan itu. “Mereka memburu keluarga Shahd dan mencegahnya untuk sampai ke tubuh Shahd, dan mereka tahu bahwa anjing-anjing itu akan memakannya,” kata Zayda.
“Mereka tidak hanya membunuh anak-anak kami, mereka sengaja melakukannya dengan cara yang paling kejam dan biadab,” Zayda mengatakan kata-katanya, bahkan kamera, tidak dapat menggambarkan pemandangan yang mengerikan itu.
“Kalian tidak akan pernah membayangkan apa yang telah dilakukan oleh anjing-anjing itu terhadap tubuh Shahd yang tak berdosa itu,” katanya sambil terisak-isak tak tahan mencucurkan air matanya.
Sejumlah warga palestina mengungkapkan, apa yang menimpa Shahd bukanlah yang pertama. Banyak warga mereka mengalami hal yang sama dengan Shahd. Di Jabaliya, saat keluarga Abd Rabbu sedang memakamkan tiga anggota keluarganya yang telah syahid, pasukan biadab Israel menembaki mereka, kata saksi mata.
Orang-orang pun berlarian mencari perlindungan dari tembakan brutal itu. Tentara-tentara Israel kemudian melepaskan anjing-anjingnya ke arah jenazah anggota keluarga Abdu Rabbu yang belum sempat dimakamkan itu. “Apa yang terjadi kemudian sangat mengerikan dan tidak bisa dibayangkan,” kata Saad Abd Rabu, pamanya.
“Anak-anak kami tewas di depan mata kami dan kami dicegah untuk memakamkannya. Orang-orang Israel hanya melepaskan anjing-anjing mereka ke arah jenazah itu, bahkan seakan-akan mereka tidak cukup dengan kekejaman yang telah mereka lakukan itu,” jeritnya.
Biadab
Benar-benar biadab apa yang telah dilakukan oleh teroris Israel itu. Di tengah-tengah diamnya para tentara-tentara negeri-negeri Muslim, dengan leluasa penjajah Israel melakukan kebiadabannya. Bahkan kekejian di atas benar-benar biadab. Hingga hari ini para penguasa negeri-negeri Muslim masih diam bahkan bersekongkol dengan membiarkan pembantaan terus terjadi.
Media dunia yang dikuasai Israel, menggiring opini seolah-olah tindakan Israel itu wajar. Padahal, lihatlah betap kekejaman mereka lebih dari serangan teroris yang tak beradab. Bohong, jika teroris Israel itu hanya memburu Hamas. Yang terjadi adalah tindakan brutal dan biadab terhadap warga sipil yang kebanyakan mereka anak-anak kecil dan perempuan. Tak puas hanya membunuh warga Gaza, teroris Israel itu juga melepaskan anjing-anjingnya untuk memakan jenazah syuhada Gaza. Biadab!
Sampai kapan kebiadaban Israel ini terhenti? Lalu di manakah para pelindung anak-anak Palestina? Dimanakah tentara-tentara Muslim yang akan menyelamatkan anak-anak Gaza itu? Di manakah tentara-tetara negeri Islam yang akan menyelamatkan ayah dan ibu mereka? Di manakah Amir umat ini?
Sungguh hanya orang yang biadab saja, yang membiarkan Israel membantai Gaza. Lalu mereka menyibukkan diri dengan perundingan sementara mereka memiliki pasukan dan perlengkapan perang. Mereka enggan untuk menyelamatkan Gaza dengan mengerahkan pasukan yang akan menghancurkan penjajah Israel itu! Nasionalisme dan cengkraman PBB telah membuat mereka diam.
Benar, hanya Khilafah saja yang akan menjaga dan melindungi kehormatan kaum Muslim. Tidak seperti hari ini, ketika Khilafah tidak ada, negeri-negeri kaum Muslim telah disekat oleh batas semu nasionalisme. Sementara para penguasanya enggan untuk mengerahkan tentara mereka menyelamatkan anak-anak Gaza. Sampai kapan?
Selasa, 13 Januari 2009
Resolusi 1860 Bukti Nyata Pengecutnya Para Penguasa Negeri Islam
Mereka Tidak Hanya Menghinakan Gaza dengan Tentara Mereka, Justru Gaza Mereka Serahkan kepada Yahudi melalui Resolusi PBB
Pagi hari ini, Resolusi DK PBB No. 1860 tentang serangan biadab terhadap Jalur Gaza telah dikeluarkan. Dalam redaksinya telah digunakan substil politik yang busuk, yang sebelumnya telah digunakan dalam Resolusi PBB No. 242, setelah serangan tahun 1967 M. Pada saat itu dinyatakan, “Harus menarik diri dari tanah…” padahal seharusnya, “Menarik diri dari seluruh tanah.” Tujuannya agar tetap menyisakan ruang untuk negara Yahudi menduduki wilayah yang dikehendakinya!
Begitulah Resolusi ini, yang tidak secara tegas menyatakan, “Harus menarik diri dari Gaza…” sebaliknya hanya menyatakan, “Harus menghentikan pertempuran (gencatan senjata)” yang berujung pada penarikan diri. Tetapi kapan dan bagaimana itu bisa terjadi? Lalu, bagaimana dengan Resolusi yang sengaja masih diliputi kekaburan untuk menghentikan serangan Yahudi, di mana Yahudi tetap tidak akan menghentikan serangan, meski sudah ada sejumlah resolusi yang jauh lebih keras dan tegas?!
Sekalipun sejumlah Resolusi DK PBB tidak pernah bisa menyelesaikan masalah, bahkan sudah sangat banyak resolusi-resolusi seperti ini yang tidak dilaksanakan oleh negara Yahudi… Namun, AS dan sekutunya tetap saja menolak dikeluarkannya resolusi apapun dari DK PBB. Semuanya itu agar bisa memberikan kemudahan yang cukup bagi negara Yahudi untuk menumpahkan darah dalam serangan biadabnya terhadap Gaza, hingga negara Yahudi itu bisa mewujudkan tujuannya.
Karena mengikuti dan membebek kepada AS, para penguasa negeri Muslim itu pun benar-benar patuh pada kemauan AS, dengan senang atau terpaksa, sehingga mereka pun tidak kompak, berselisih satu sama lain, dan tidak ada kata sepakat..
Namun, setelah negara Yahudi menyaksikan perlawanan dahsyat yang harus dihadapi, dan tampak bahwa dengan operasi militernya itu negara Yahudi tidak mampu mewujudkan apa yang ditargetkan, sehingga boleh jadi masalahnya berlarut-larut, sementara pemilihan umum mereka sudah di depan mata, dan mereka pun membutuhkan kondisi “kemenangan”, baik melalui peperangan maupun perdamaian, agar pemilihan umum tersebut bisa berlangsung di sela-sela itu, saat itulah AS aktif sekali mewujudkannya untuk mereka melalui DK PBB, sehingga Condolezza Rice menjadi magnet yang luar biasa dalam bebagai pertemuan dan meeting. Dia pun menggerakkan para penguasa yang menjadi kepanjangan tangannya, sehingga mereka bergegas pergi untuk menemui DK PBB; siang malam mereka bekerja keras dengan penuh semangat.. Mereka itulah yang sebelumnya memandang perlunya membantu Gaza dengan tentara-tentara mereka dengan pandangan bak orang pingsan dari kematian. Padahal andai saja saat itu ada satu atau setengah front pertempuran di sana yang dibuka oleh para penguasa itu, pasti entitas Yahudi itu akan rontok, atau bahkan lenyap tak berbekas..
Melalui resolusi ini, sebenarnya para penguasa (goodfather) itulah yang mewujudkan kepentingan Yahudi yang justru tidak bisa diwujudkan melalui serangan biadab mereka. Resolusi itu akan tetap melanggengkan tentara Israel di Gaza, dan memastikan blokade terhadap Jalur Gaza tetap berlangsung dari sejumlah faktor yang bisa menguatkan dan mempersenjatai mereka. Jangan tertipu dengan penjelasan yang dibungkus dengan indah, tentang dibukanya blokade makanan dari mereka.
Untuk mensosialisasikan resolusi ini, AS sengaja abstain, agar tampak bahwa AS seolah-olah tidak berada di belakang resolusi tersebut, sehingga para penguasa itu pun bisa menunjukkan kemenangan gemilang yang jauh dari pengaruh AS. Mereka sesungguhnya bohong. Setiap orang yang berakal dan mempunyai kesadaran politik pasti tahu, bahwa andai saja AS tidak berada di belakangnya, pasti AS sudah memveto resolusi tersebut.
Wahai seluruh kaum Muslim:
Sungguh tepat sekali apa yang disabdakan oleh manusia jujur dan terpercaya, Nabi saw.:
“Jika Anda sudah tidak mempunyai rasa malu, maka lakukanlah apa saja.” (H.r. Bukhari, Ibn Majah dan Ahmad)
Para penguasa itu melihat Gaza memang harus diluluhlantakkan, di mana darah-darah orang tak bersalah berhak ditumpahkan. Mereka pun tidak menggerakkan tentaranya untuk membantu Gaza. Tidak juga melepaskan satu roket pun dari peluncurnya, bahkan lebih dari itu, justru mereka menghalang-halangi relawan untuk membantu Gaza… Ironisnya, mereka justru bergegas dan berlomba-lomba untuk mengeluarkan sebuah resolusi yang menghalangi Gaza dari akses senjata dan faktor-faktor yang bisa menopang kekuatannya.. Semoga mereka dilaknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai bisa berpaling seperti itu?
Siapa pun yang melihat entitas Yahudi, perampas Palestina, dan dia tinggal berdekatan dengan para penguasa itu, pasti tahu persis keberlangsungan eksistensi Yahudi ini benar-benar digadaikan pada keberlangsungan para penguasa itu. Merekalah yang melindunginya, jauh lebih baik daripada melindungi diri mereka sendiri. Bahkan AS dan negara-negara Barat yang lain, yang mendukung entitas ini, tidak akan mempunyai pengaruh apapun, kalau seandainya ada satu saja dari para penguasa itu orang yang waras..
Wahai kaum Muslimin:
Kami telah mengingatkan berkali-kali. Kami ulangi lagi dan kami tambahkan, bahwa siapa saja yang ingin menghancurkan entitas Yahudi dan mengembalikan Palestina secara utuh ke pangkuan negeri Islam, maka dia harus berjuang untuk mewujudkan seorang penguasa yang ikhlas, negara yang benar, yaitu Khilafah Rasyidah. Sebab, seorang imam (pemimpin) itu bagaikan perisai, di mana orang berperang di belakangnya, dan kepadanya mereka berlindung, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw. Pada saat itulah, negara Yahudi itu tidak akan pernah lagi ada, bahkan negara-negara Kafir penjajah yang jauh lebih kuat dan digdaya ketimbang entitas Yahudi pun akan dihinadinakan.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Q.s. Qaf [50]: 37)
Senin, 05 Januari 2009
Aksi Umat Ganyang Israel
Protes umat Islam terhadap kebiadaan Israel laknatulloh membantai muslim di Gaza terus meluas di seluruh dunia. Kebengisan sang teroris di dukung Amerika Serikat tidak ada perubahan sikap untuk menghentikan, bahkan serangan darat telah mulai dilakukan teroris ini.
Di kota pahlawan Surabaya, Hizbut Tahrir Indonesia DPD Jatim, kemaren, Ahad (4/1) melakukan aksi ganyang Israel untuk mengutuk keras tindakan Israel laknatulloh. Diikuti Ribuan anggota dan simpatisan Hizbut Tahrir dari berbagai kota Jawa Timur, aksi dimulai jam 8 pagi dengan dibagi menjadi 2 titik start. Peserta pria dari Taman Apsari, Gedung Grahadi Surabaya, sementara peserta wanita dari monumen bambu runcing.
Dihadiri sejumlah tokoh dan ulama’ antara lain KH.Ahmad Fauzi (Dewan Masjid Indonesia Jatim), KH.Tabroni, Tamat Anshori (anggota DPRD Jatim), KH. Misbach Syadad, aksi umat ganyang Israel dibuka oleh ust. Drs. Abdun Muthi’ (Anggota DPP HTI) dan dilanjutkan orasi para tokoh. Kemudian Sejumlah Tokoh dan Ulama ini yang dipimpin Humas HTI jatim, KH.dr. Muhammad Usman, AFK memberangkatkan Peserta aksi. Sebelum melakukan longmarch dari Taman Apsari menuju Taman Bungkul, ditampilkan teatrikal keruntuhan Khilafah Islam oleh pengkhianat Kemal Pasha.
Di bawah komando korlap aksi, ust Suhail Kariem, ribuan peserta yang terbagi dalam puluhan regu, aksi dikawal parade Al-liwa’ dan Arroyah. Disusul barisan peserta aksi sambil memekikkan kalimah Takbir dan Tahlil , mereka berbaris rapi di sepanjang rute yang dilalui, mulai depan Grahadi-Jl. Panglima Sudirman-Jl. Urip Sumoharjo – Jl.Raya Darmo menuju Taman Bungkul. Juga Al-liwa’ dan Arroyah memenuhi barisan peserta disertai dengan poster dan spanduk hujatan atas kebiadaban Israel.
Dalam 6 titik mobil orasi, para orator juga menyampaikan kutukan keras terhadap Isrel, Israel adalah teroris yang wajib diperangi. Seruan kepada para penguasa muslim dan penguasa disekitar Palestina agar mengirimkan pasukan militer untuk berjihad di Palestina juga disampaikan. Umat islam wajib sadar dan menyadari peristiwa pembantaian muslim di gaza ini merupakan akibat tiadanya kepemimpinan Islam. Kondisi ini membuktikan dalam fakta empiris mewajibkan umat islam untuk berjuang menegakkan Syariah dan sungguh-sungguh mengupayakan berdirinya Daulah Khilafah. Pemahaman terhadap Syariah dan Khilafah melalui liputan media cetak ataupun elektronik, juga kepada masyarakat yang hadir dan menyaksikan seruan mulia ini, diharapkan sebagai salahsatu jalan upaya penyadaran pentingnya Kepemimpinan Islam dibawah naungan Khilafah.
Menurut resensi aksi yang disampaikan ke media, aksi umat ganyang Israel juga dilakukan serentak di kota- kota besar seluruh Indonesia diikuti oleh ribuan massa dan juga disertai aksi penggalangan dana bantuan solidaritas untuk Palestina. Aksi umat ganyang isreal “dengan jihad dan Khilafah hancurkan Israel, kubur kapitalisme” kemudian diakhiri sekitar jam 11 siang di Taman Bungkul dan ditutup do’a oleh Ust Ali Tamam.
Seusai aksi, secara terpisah panitia menyampaikan terjadinya kecelakaan lalulintas yang menimpa 1 unit mobil Kafilah Mojoagung, Jombang di Trowulan, Mojokerto dalam perjalanan pulang dari Surabaya mengikuti aksi umat ganyang Israel. Dikabarkan 3 luka berat dan 7 luka ringan dalam musibah ini. Semoga Alloh SWT. memberikan kesabaran dalam setiap langkah perjuangan ini. Sungguh ini adalah perniagaan yang tak akan pernah rugi dan pertolongan Alloh Ta’ala amatlah dekat
Kamis, 01 Januari 2009
Penguasa Mesir, Di Tengah Derita Palestina, Berjabat Tangan dengan Teroris Israel
Tanpa rasa malu, pejabat tinggi Mesir lebih menyukai untuk berjabat tangan dengan pejabat teroris Israel dibandingkan menolong saudara mereka di Palestina. Sikap pengkhianatan atas kaum Muslim itu telah diperlihatkan oleh Presiden Housni Mubarak ketika bertemu dengan Menlu Teroris Israel, Tzipi Livni di Kairo, Kamis, 25/12/08.
Dalam kesempatan itu, Tzipi mengatakan bahwa Israel tidak akan ragu-ragu menyerang Hamas atau kelompok Muslim lainnya.
"Hamas harus memahami Israel tidak dapat menerima keadaan seperti ini selamanya meskipun kami ingin hidup dalam damai. Ini sudah cukup," kata Livni.
Sementara pemerintah Mesir, dengan penuh kehinaan dan memalukan, hanya mendesak Israel dan kelompok Hamas agar menghentikan serangan untuk memadamkan aksi kekerasan di perbatasn Israel Gaza. Hal tersebut disampaikan oleh Menlu Mesir Ahmed Aboul Gheit, setelah Housni Mubarak bertemu dengan Tzipi Livni.
Perdana Menteri Israel Olmert mengatakan, "Saya tidak akan ragu ragu menggunakan kekuatan Israel untuk menyerang Hamas dan Jihad Islam. Bagaimana caranya? Saya tidak akan memberikan rinciannya sekarang."
Jika Israel saja, negeri ilegal tersebut tak segan memperingatkan untuk melakukan penyerangan atas kaum Muslim, lalu di manakah keberanian para penguasa Muslim dan tentara mereka, ketika jutaan rakyat mereka menjadi korban kebiadaban dari para penjajah seperti di Irak, Afghanistan, Kashmir, dan Palestina. Yang tampak malah sikap mengkhianati kaum Muslim dengan bekerjasama dengan para penjajah.
Sungguh kejadian memalukan ini tak pernah terjadi sebelumnya, kecuali setelah institusi pemersatu umat, Khilafah Islamiyyah berhasil dihancurkan oleh Barat. Hanya satu solusi, untuk mengembalikan kewibawaan kaum Muslim itu, dengan kembali kepada pangkuan Khilafah Islamiyyah, pelindung umat, yang akan mengerahkan tentara kaum Muslim di dunia untuk melindungi jiwa dan tanah saudara mereka di mana pun berada. Lalu siapa yang akan kembali menegakkannya?
HTI Desak Kirim Tentara Bukan Hanya Relawan
Usai berorasi di depan Kedubes AS, massa HTI bergerak ke kantor Kedubes Lebanon di kawasan Kuningan Jakarta. Perwakilan HTI yang terdiri atas Farid Wajdi, M Rahmat Kurnia, Ihsan Salam, Wahyudi, dan Mujiyanto diterima langsung oleh Duta Besar Lebanon untuk Indonesia Victor Zmeter. HTI menyampaikan nasyrah kepadanya dan meminta Lebanon mau membela rakyat Palestina. Dubes Lebanon menyatakan persoalan Palestina adalah masalah kemanusiaan dan bukan hanya masalah umat Islam. Dia berharap semua negara bisa menghentikan kekejian Israel tersebut. Ia berjanji akan menyampaikan tuntutan HTI kepada pemerintahnya.
Setelah dari Kedubes AS, massa bergerak ke Kedubes Iran di ujung Jl Rasuna Said Jakarta. Perwakilan HTI berharap bisa bertemu dengan Dubes Iran. Sayangnya, perwakilan HTI yang terdiri atas Farid Wajdi, M Rahmat Kurnia, dan Rochmat S Labib, hanya diterima di halaman kedubes tersebut selama 5 menit. Penerimanya pun hanya seorang staf bagian data bernama Ali. Namun perwakilan HTI ini tetap menyerahkan pernyataan sikap HTI dalam bahasa Arab. M Rahmat Kurnia kemudian mengungkapkan kekecewaannya kepada Kedubes Iran ini dari atas mobil sound system. Massa kemudian menyambutnya dengan “Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un”. Sekitar dua jam kemudian, humas Kedubes Iran menelpon dan menyatakan permintaan maaf atas penerimaan tersebut.
Kunjungan terakhir mengarah ke kantor Kedubes Mesir di Jl. Teuku Umar. Di tempat tersebut kedatangan massa langsung disambut perintah polisi untuk mematikan sound system. Dubes Mesir untuk Indonesia Ahmed el Kewaisny menerima langsung perwakilan HTI. Ia menjelaskan posisi Mesir yang tidak bisa berbuat banyak. Menurutnya, Palestina harus bersatu untuk bisa menghadapi Israel. Namun, katanya, usaha menyatukan Fatah dan Hamas sulit dilakukan. Ia juga menyatakan pihaknya tidak berkuasa atas perbatasan dengan Israel sepanjang 40 km. Dan sejauh ini, pihaknya telah membantu Palestina dengan makanan dan obat-obatan.
M. Rahmat Kurnia menimpali pernyataan Dubes ini dengan mengatakan akar persoalan Palestina adalah terpecah belahnya umat Islam. Masing-masing negara asyik dengan kepentingannya sendiri. Karenanya, umat Islam harus bersatu di bawah naungan Khilafah sebagai mana dulu dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Dubes pun mengatakan hal itu adalah impian kaum Muslim semuanya.
Langganan:
Postingan (Atom)